Jemio :
Nay udah tidur?
Hah? Baru jam 7
Good, turun dong
Gue di basement
Ngapain?
Kenapa nggak langsung pulang?
Jalan2 bentar yuk?
Nggak usah dandan udah cantik soalnya
Wah ngadi2 ni anak
Lo gak capek apa?
Turun makanya biar capek gue ilang
Ya udah bentar
Naya mengganti piyamanya dengan knit sweater abu-abu yang dipadankan dengan boyfriend jeans biru muda dan mules sneakers putih. Rambut panjangnya diikat menjadi satu dan setelah mencantol sling bag putih kecil yang hanya muat diisi dompet dan ponsel, Naya segera turun. Saat tiba di basement, Naya meneguk ludah samar saat melihat Jemio yang tengah bersandar di pintu mobilnya masih dengan outfit yang dipakainya ke kantor tadi. Trousers abu-abu dan kemeja putih yang lengannya sudah digulung sampai siku dan dua kancing atas yang dibuka.
'Diem aja ganteng ya Allah.' Batin Naya.
'Tahan Jem, tahaaaan, Naya emang selalu cantik.' Batin Jemio.
"Abis kerja rodi kenapa nggak langsung pulang?" tanya Naya saat dirinya dan Jemio sudah berdiri saling berhadapan.
"Nggak tau, impulsif aja mau ketemu lo. Sadar nggak sih seminggu ini kita di kantor cuma papasan doang?"
Naya mengangguk. Seminggu ini memang Jemio jarang bahkan hampir tidak pernah berada di ruangan karena sering ikut pak Raka salah satu manager di divisi keuangan dan mbak Sekar keluar kantor setengah hari. Sisanya dihabiskan di aula karena acara ulangtahun kantor tinggal menghitung hari. Untung saja jadwal seminar proposal Jemio kembali seperti jadwal awal karena dosen pembimbingnya batal ke luar negeri.
"Terus kita kemana? Udah makan belum?" tanya Naya.
"Belum hehehe, sekalian temenin yah?" Jemio memasang cengiran di wajahnya, membuat matanya nyaris menghilang.
"Ya udah ayo."
Jemio melajukan mobilnya menuju kawasan Kemang dan berhenti sekaligus memarkirkan mobilnya di parkiran Fave Hotel.
"Ngapain kesini Jem?" tanya Naya bingung.
"Check in." sahut Jemio asal yang membuat Naya spontan memukul punggungnya. "Aww,,,Nay." Ringis Jemio sambil mengusap punggungnya.
"Yang bener kalo ditanya. Ngapain kesini?" tanya Naya agak panik. Melihat ekspresi Naya, Jemio lantas menyentil dahi Naya pelan.
"Kita makan di rooftop lantai 7, Nay. Nggak usah panik gitu komuk lo, gue nggak bakal apa-apain lo." Jemio tersenyum geli. Muka Naya kembali memerah, malu dengan pikiran anehnya sendiri.
"Ayo turun." Naya turun masih dengan ekspresi menahan malu. Jemio kembali tertawa melihat ekspresi Naya.
"Bener-bener nolep yah?" ledek Jemio lagi.
"Ya gue bukan anak gaul, mana gue tau ada tempat ini?" sewot Naya.
"Iya-iya."
Keduanya lalu berjalan beriringan menuju rooftop lantai 7. Jemio memilih duduk di outdoor, setelah memesan menu, matanya kembali diarahkan pada Naya yang duduk di hadapannya. Seulas senyum kembali terbentuk di wajahnya, hanya menatap Naya yang sedang asyik memperhatikan keadaan sekitar dan langit malam. Lumayan, rasa rindunya lumayan terobati.

KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER
Storie d'amoreAda yang nyaman, ada yang memendam perasaan sampai terkikis waktu, ada yang menyukai dalam diam. Ada ragu yang terselip dalam hati, apa nyaman berarti cinta? Apa rasa ini bukan semu belaka yang salah mengira nyaman karena lama bersama sebagai cinta...