16. EXTRA CHAPTER ( GLAD YOU EXIST )

855 76 6
                                    

Saat pertama kali gue terpesona dengan kecantikan seorang Naraya Mahardika di tahun-tahun gue menjadi MABA, nggak pernah kepikiran kalau beberapa tahun kemudian gadis cantik berwajah tirus dan imut ini akan menjadi pasangan gue. Gue yang dulu hanya berani mengaguminya dari jauh atau duduk di dekatnya tanpa di notice, sekarang bisa menggenggam tangannya dengan bebas, memeluk tubuh langsingnya, mendengar cerita randomnya, mengecup pipi mulusnya. Call me a simp, yes I am Naya's simp.

Nggak pernah dalam sehari yang gue habiskan tanpa pernah mengagumi dan memuja Naya. Kata Javi gue udah fix mengidap bucin akut, tolol dan gila karena ini pertama kali dalam hidup gue bisa mencintai seorang gadis sebesar itu. Nggak, gue bukan mencintai Naya dengan sebesar-besarnya, tapi gue bersumpah untuk selalu mencintai Naya. S E L A L U. Gue mencintai Naya bukan hanya karena kecantikannya, tapi juga behavior-nya yang luar biasa. Walaupun terkadang manja, tapi Naya adalah pendengar yang baik, penyayang, ramah, pengertian, nggak akan cukuplah sehari gue menjelaskan how amazing Naya is. Bukan cuma gue yang jatuh hati pada pandangan pertama, tapi keluarga gue juga apalagi Jessi dan mama. Kalau Naya sudah main ke rumah, gue sama Javi dilupain. Naya lama nggak ke rumah pasti dicariin. Papa pulang business trip dari luar kota atau luar negeri, gue sama Javi nggak kebagian oleh-oleh karena jatah kita udah dikasih buat Naya. Gue sih nggak keberatan, malah senang karena gadis yang gue sayang juga disayang keluarga gue.

Perjalanan cinta kami berdua juga selalu mulus, ada lah kerikil sedikit tapi baik gue maupun Naya selalu berusaha mengatasinya. Kalau ditanya apa kekurangan Naya, dengan yakin gue akan menjawab nggak ada karena di mata gue Naya selalu sempurna. Selalu berusaha untuk memahami gue yang kadang bisa sangat childish kalo mode jealous gue lagi on. Ya pacar gue Naraya Mahardika gitu, dimana DNA mereka sekeluarga nggak ada yang gagal. Even her mom is so beautiful, kalau jalan bareng dikira kakaknya. Jangan tanya yang deketin Naya, bahkan di bio profilnya sudah ditulis jelas-jelas kalau dia punya gue, masih saja ada yang suka mengirim pesan dan meminta nomor whatsapp-nya. Diabaikan pastinya tapi tetap saja gue cemburu. Kalau sampai sekarang juga bang Rian belum bisa move on dari Naya gue juga nggak bakalan heran. Tapi kayaknya nggak karena dia sudah serius sama kak Ghea.

"Nggak usah jealous, kamu juga banyak yang suka DM sama nge-tag tapi aku nggak marah. Yang penting kan nggak dibalas." Kata-kata ini selalu keluar dari mulut Naya setiap gue ngambek.

Gue nggak tahan marah lama-lama sama Naya. Biasanya marahnya gue itu lebih ke khawatir atau cemburu. Marah karena cemburu gara-gara Naya pernah pulang diantar bang Davin. Masih ingat kan si buaya di Bank Independent, tempat gue dan Naya magang dulu? Yes, Naya pernah pulang bareng dia karena nggak sengaja ketemu pas Naya habis ketemu klien. Posisi gue waktu itu lagi meeting jadi nggak bisa jemput Naya. Dan saat itu juga hujan lagi deras-derasnya jadi susah dapat Grabcar. Gue marah bukan karena over cemburu yah, gue marah karena si buaya itu posting foto Naya di twitter tanpa ijin seolah-olah dia emang habis spend time sama Naya. Gue kesel sama reply-an di tweet-nya dia yang seolah-olah merendahkan Naya, padahal Naya hanya dianterin pulang.

"Sayang jangan marah lagi. Iya besok-besok aku nggak mau dianterin pulang siapa-siapa lagi. Beneran aku nggak tau kalo difoto. Jangan marah yaaaah, aku peluk mau? Cuddle? Cium?"

Gue hanya bisa menatap wajah innocent Naya, menghela napas singkat sebelum mengecup bibir pink-nya singkat.

"You talked too much." Ucap gue saat itu sambil mati-matian menahan senyum saat melihat semburat merah di pipi Naya. Masih ngambek kan ceritanya hehehe.

Biasanya kalau marah karena cemburu, nggak akan bertahan lama. Dipeluk Naya aja sudah melebur nggak bersisa tuh segala emosi gue. Tapi kalau marah karena khawatir, gue bakalan ngambek berhari-hari. Setelah wisuda, Naya memutuskan untuk mengelola Narai karena bang Naren mulai fokus ke bisnis clothing line bareng kak Raia. Bukan hanya mengelola Narai, tapi juga keuangan toko kue tante Anna di Bandung dipegang juga sama dia. Naya memang sangat produktif dan juga pintar, jadi dia nggak betah kalau kerjanya hanya itu-itu saja. Makanya dia memutuskan untuk melanjutkan usaha keluarga saja biar bisa fleksibel waktu dan bisa inovasi kapan saja dibanding menjadi budak corporate.

AFTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang