10. STILL ABOUT HIS EYES AND SMILE

511 87 6
                                    

"Haii.." senyum Naya merekah saat membuka pintu mobil Jemio dan bertemu pandang dengan Jemio yang menyandarkan satu tangannya di setir mobil.

Setelah mendudukkan pantatnya di jok, Naya menoleh ke belakang saat merasa dirinya sedang diperhatikan. Seorang gadis berusia 10 tahun sedang mengaguminya dari belakang.

"Eh, adik lo?" Naya bertanya pada Jemio.

"Iya." Jemio tersenyum kemudian menoleh pada Jessica adiknya yang masih terus memandangi Naya. "Dek, kenalin ini kak Naya."

Naya memutar badannya agar bisa berhadapan dengan Jessica. Jemio benar, wajah Jessica adalah perpaduan wajahnya dan Javio. Mata dan bibirnya mirip Jemio sedangkan hidung dan bentuk wajahnya mirip Javio.

"Hai Jessi, gue Naya." Naya mengulurkan tangannya ke arah Jessi yang langsung disambut dengan sumringah.

"Beneran cantik banget. Kak Naya cantik banget." Ucap Jessi yang membuat Naya melongo sesaat sebelum pecah dalam tawa. Tingkah Jessi barusan mengingatkannya saat dia pertama kali bertemu Raia.

"Kita jalan nih yah?" ucap Jemio sebelum melajukan mobilnya.

Jessi memajukan badannya untuk terus memperhatikan wajah Naya.

"Kak tau Winter AESPA nggak? Kakak mirip banget loh sama dia, bias aku itu kak." Ucap Jessi lagi sambil menghisap lollipop rasa strawberry.

"Ya ampun makasih yah, jadi mau terbang ini. Kamu juga cantik kok Jessi, cantik banget, pasti di sekolah banyak yang suka ngasih coklat sama permen yah?" Naya menyerong duduknya agar bisa melihat wajah Jessi lebih jelas.

"Kok kak Naya tau?" mata Jessi membulat tak percaya.

"Ya iyalah, orang cantik sama ganteng gitu tuh pasti banyak yang ngasih susu, permen atau coklat."

"Pengalaman pribadi itu dek." Jemio ikut nimbrung dalam obrolan.

"Nggak yah." Sanggah Naya pura-pura padahal saat SMA dulu lokernya selalu penuh dengan susu dan coklat dari penggemar rahasianya.

"Sampe kuliah juga kalo kak Naya muncul di kantin, banyak yang suka ngasih minum atau cemilan." Lanjut Jemio lagi mengabaikan sanggahan Naya barusan.

"Capek pasti yah kak Nay?" tanya Jessi prihatin.

"Iya hehehe, tapi lama kelamaan udah terbiasa. Eh Jessi mau main juga di panti asuhan?"

"Iya kak, sekalian cari bahan buat tugas sekolah."

Naya mengangguk-anggukkan kepalanya mendengar jawaban Jessi. Setelah berkendara selama hampir 45 menit, mobil Jemio memasuki halaman panti asuhan. Mereka bertiga turun setelah mobil terparkir sempurna.

"Jessi umur berapa? 10 yah?" tanya Naya yang dijawab Jessi dengan anggukan. "Tinggi banget, kak Naya udah mau dibalap nih. Tapi nggak heran sih, abang-abangnya juga kayak tiang." Jessi terkekeh mendengar ucapan Naya. Mereka berdua lalu membantu Jemio membawa cemilan dan berjalan masuk ke dalam panti.

Selama beberapa jam waktu mereka habiskan untuk bercengkerama dengan anak-anak panti dan Naya juga menemani Jessi berkeliling panti. Jemio tersenyum saat melihat ekspresi keduanya yang gemas pada beberapa balita atau saat menahan mewek karena mendengar cerita pengurus panti tentang beberapa anak yang mereka temukan ditelantarkan begitu saja.

"Nggak usah nangis, mereka udah di tangan orang yang tepat sekarang. Ayok main lagi sama adek-adek." Jemio merangkul Naya dan Jessi dan mengajak mereka ke halaman belakang untuk bermain bersama anak-anak panti.

Naya duduk di salah satu ayunan dengan Jessi yang duduk melantai di dekat Naya dan mulai sibuk dengan buku catatannya. Sedang Jemio asyik bermain bola dengan beberapa anak laki-laki. Netra Naya terpaku pada Jemio, laki-laki yang baru dia sadari memiliki senyum hangat dan tulus. Disaat orang-orang seusianya banyak menghabiskan waktu dengan nongkrong, tapi Jemio malah menyempatkan waktunya untuk bermain bersama anak-anak yatim piatu.

AFTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang