"Beneran nggak mau tinggal di rumah aja?"
Raia kakak ipar Naya bertanya sekali lagi pada Naya seraya membantunya packing baju. Mulai senin lusa, Naya dan teman-temannya akan menjalani kegiatan baru sebagai anak magang di salah satu bank swasta. Dan karena rumahnya di pinggiran kota agak jauh dari letak kantor, Naya memutuskan pindah sementara ke apartemen Narendra yang dulu.
"Deketan dari apart kak Nayen deh kak. Naya juga nggak sendirian kok, kan bareng Karin nanti." Sahut Naya. "Kalau mau konsul ke kampus juga nggak jauh-jauh amat nanti."
"Adik kak Raia udah gede ih, bentar lagi wisuda." Raia mencubit hidung Naya gemas.
"Ih Naya emang udah gede, kalian aja yang masih nganggep Naya anak kecil. Apalagi suamimu kak, padahal cuma beda tiga tahun dari aku."
Raia tertawa melihat Naya yang sedang mengerucutkan bibirnya.
"Udah selesai Nay? Nggak ada yang ketinggalan?" Mama muncul di pintu kamar Naya.
"Udah ma, Naya kan nggak pindah ke Mars. Bawa baju seperlunya aja, weekend kan Naya pulang." Jawab Naya sambil duduk di pinggir ranjangnya dan bergelondotan manja pada Raia.
"Besok kamu diantar Rian aja yah, mama ada arisan soalnya. Karin mau bareng juga kan?"
"Iya ma."
"Kalau udah selesai ke ruang makan yah? Mama hampir selesai masak."
"Siap ma." Sahut Naya dan Raia bersamaan.
***
"Kak Nayen belum datang juga?" tanya Naya pada Raia saat mereka sedang bersiap untuk makan malam.
"Bentar lagi nyampe katanya. Tadi ke coffee shop dulu, ntar kesininya bareng Rian."
Mendengar Rian mau kesini mata Naya membulat senang dan senyum langsung tersungging di bibirnya.
"Biasa aja dong mukanya." Ledek Raia yang dibalas Naya dengan cengiran lebar.
Tidak lama terdengar suara berisik dari pintu depan yang sumbernya siapa lagi kalau bukan Narendra dan Rian. Tapi mereka nggak hanya berdua karena Revan adik Raia juga ikut bersama mereka.
"Sayaaaaaaaaaaaaaaaaang." Narendra menghampiri Raia sambil merentangkan tangannya lebar-lebar dan mendekap istrinya dengan erat. Sementara Naya berpura-pura mau muntah melihat kebucinan kakaknya.
"Dasar norak." Cibir Revan.
"Ya namanya juga pengantin baru." Tambah Rian.
Pernikahan keduanya memang baru berjalan satu bulan lebih jadi memang masih panas-panas dan mesra-mesranya. Tapi yang sering membuat Naya muak karena kedua kakaknya itu memang saling bucin satu sama lain, nggak kenal tempat.
"Nay senin mulai magang yah?" tanya Revan yang dijawab Naya dengan anggukan semangat.
"Di bank Independent kan? Dekat kantor gue tuh, ntar kalo sempat kita makan siang bareng yah?" ucap Revan lagi.
"Iya, traktir tapi." Naya memamerkan cengiran lebar.
"Iyaaa."
Mama Anna muncul dari dapur sambil membawa lauk. Raia yang sudah melepaskan diri dari pelukan Narendra langsung menghampiri mertuanya dan membantu memindahkan lauk ke meja makan.
"Asik rame nih rumah mama." Ucap mama Anna sambil tersenyum.
Selanjutnya mereka asyik menyantap makan malam sambil mengobrol tentang keseharian mereka.
***
"Ciyeeee anak magang. Yang bentar lagi wisuda juga." Rian mengacak rambut Naya yang membuatnya mendapat tatapan galak dari Naya. Mereka berdua saat ini duduk di teras samping rumah Naya sementara yang lain asyik bercengkerama di ruang tengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER
RomanceAda yang nyaman, ada yang memendam perasaan sampai terkikis waktu, ada yang menyukai dalam diam. Ada ragu yang terselip dalam hati, apa nyaman berarti cinta? Apa rasa ini bukan semu belaka yang salah mengira nyaman karena lama bersama sebagai cinta...