Pusing dan mual bergantian mendera Naya di minggu ke-12 kehamilannya. Berbeda saat mengandung Neoma dimana dia tidak pernah merasakan mual dan muntah karena Jemio yang merasakan itu semua, tapi dikehamilannya yang kedua ada waktunya dimana Naya benar-benar dibuat tidak berdaya setelah kehamilannya menginjak minggu keenam sampai sekarang. Tidak dilanda morning sickness setiap hari, tapi sekalinya datang dirinya akan tepar seharian. Seperti hari ini diminggu terakhir trimester pertama, Naya kembali tumbang.
"Mamiiiih..."
Naya perlahan membuka mata saat mendengar panggilan lirih dari Neoma. Putri kecilnya sepertinya baru saja kembali dari rumah Anna. Setiap Naya kumat ngidamnya, Neoma memang akan diungsikan ke rumah mama atau mertuanya. Kadang-kadang di rumah Narendra dan Raia saat keduanya tidak sibuk bekerja.
"Hai sweety, baru pulang yah?" balas Naya dengan nada suara yang masih terdengar lemah.
Neoma perlahan menaiki ranjang dan beringsut mendekat pada Naya, menghujani pipi maminya dengan ciuman sebelum memeluk mamih tersayangnya.
"Mamih macih cakit?" tanya bocah kecil itu sambil mengusap perut sang mami.
"Nggak sakit sayang, tapi emang lagi nggak enak badan aja." Naya mengusap pipi gembil Neoma dan mencium dahinya.
"Mamiiih maapin kakak yaa, mamih cakit gala-gala kakak mau puna dedek." Neoma melengkungkan bibirnya ke bawah.
"Kok gitu ngomongnya sayang? Mamih nggak sakit sayangku, tapi begini memang kalo lagi hamil. Ada waktu-waktu tertentu yang bikin mamih nggak enak badan. Bukan salah kakak yah?"
Setelah mengetahui maminya hamil, si kecil lucu ini memang menolak dipanggil adek lagi. Harus panggil kakak, kalau nggak dia bakalan ngambek.
"Tapi, tapi, kakak cedih liat mamih lemes."
"Nggak apa-apa kakak sayang, mamih will be okay soon. Ini cuma sementara aja."
Naya menghirup wangi Neoma yang selalu menenangkan. Dia memang sering dilanda mual tapi saat memeluk suami atau putrinya, rasa mual akan perlahan menghilang. Makanya Neoma juga jadi sering tidur dengan dia dan Jemio akhir-akhir ini karena menghirup wangi putrinya akan meredakan rasa mualnya.
"Kakak udah mamam?"
"Udah mamih, dicuapin nini Anna tadi. Kakak mam banyak."
"Pinternya anak mamih. Kakak sini deketan lagi, dedeknya seneng sama kakak kayaknya. Mamih nggak mual lagi kalau dekat-dekat kakak."
Neoma mendongak dan menatap Naya dengan sumringah, "benelan mamih?"
"Iya sweety, mamih kalau peluk terus cium leher kakak nggak mual lagi."
"Ya udah cini peluk kakak banyak-banyak."
Dengan tangan mungilnya dia menarik leher Naya dengan lembut. Keduanya kemudian saling berpelukan, dengan Naya yang asik menghidu leher sang putri yang menguarkan aroma telon yang menenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER
RomanceAda yang nyaman, ada yang memendam perasaan sampai terkikis waktu, ada yang menyukai dalam diam. Ada ragu yang terselip dalam hati, apa nyaman berarti cinta? Apa rasa ini bukan semu belaka yang salah mengira nyaman karena lama bersama sebagai cinta...