Saat bersedia menjadi pacar seorang Jemio Adhyatma, aku nggak pernah menduga kalau hubungan kami bisa bertahan selama ini, hampir 3 tahun. Aku memang bukan tipe orang yang memiliki banyak ekspektasi dalam menjalin sebuah hubungan. Jemio pacar pertama aku, eventhough he isn't my first love. Kehadiran Jemi di hidup aku sedikit banyak mengubah hari-hari aku dan juga sifatku. Kata orang-orang terdekatku, I'm a good listener but I'm not good in expression my feeling. Aku yang dulu banyakan mendamnya, ada masalah apapun kalau masih bisa aku tanggung sendiri aku nggak akan cerita ke siapa-siapa.
Bukan apa-apa, tapi aku tahu sendiri bagaimana terseoknya keluargaku saat ditinggal papa. Mama yang berusaha menjadi ibu sekaligus ayah yang baik, dan kak Nayen yang menjadi tulang punggung keluarga sampai mengorbankan pendidikannya. Jadi aku nggak mau menambah beban pikiran mereka. Kalau ada masalah yang tahu pasti cuma Rian dan Karin, itu juga mereka maksa-maksa dulu baru aku mau cerita.
Aku juga lumayan keras kepala kalau soal masa depan, apa yang aku mau baik mama atau kak Nayen harus menerima semua keputusan aku sekalipun bisa merugikan diri aku. Tapi semenjak kenal Jemio, semua perlahan berubah. Tanpa aku sadari, Jemi pelan-pelan membantuku untuk berani bicara, berani mengungkapkan segala keresahan, jangan hanya disimpan sendiri. Dari Jemi aku belajar kalau berbagi cerita bisa meringankan beban. Jemi juga teman diskusi yang menyenangkan, dia akan mendengar planning aku dari A-Z baru berani memberi masukan. Mungkin ini jadi salah satu hal yang membuat hatiku oleng ke Jemi dan melupakan Rian dulu hehehe.
Aku pertama tahu Jemi saat ada festival musik kampus dan band mereka tampil. The Gantengs, kumpulan The Most Wanted Man Fakultas Ekonomi dan Bisnis kampusku. Kesannya masih biasa aja, mengakui kalau mereka ganteng-ganteng, walaupun Haikal rada berisik, Mark tukang flirty dan Renal rada nge-gas, tapi mereka termasuk kumpulan cowok baik-baik dan lumayan pintar apalagi Jemi dan Javio kembarannya. Aku juga perlahan mulai sadar kalau Jemi suka perhatiin aku diam-diam. Awalnya aku agak risih, tapi saat aku cerita ke Karin, dia hanya ketawa aja sambil bilang nggak apa-apa karena Jemi cowok baik-baik. Jujur yah saat itu aku mulai agak tertarik sama Jemi, entah dia ingat atau nggak tapi aku pernah lihat dia yang bantuin mbak-mbak office girl di Fakultas bawain barang-barang. Dan pertama kali aku lihat dia senyum, manis banget. Dibanding anggota The Gantengs yang lain, Jemi emang yang auranya paling cool. Jarang banget bisa lihat dia senyum kecuali kalau lagi ngumpul sama sahabat-sahabatnya. Tapi perasaan aku waktu itu tenggelam dengan sendirinya karena Jemi nggak kunjung ngedeketin aku, sampai pas kita magang dan dia jadi teman satu kelompok aku yang membuka jalan kedekatan kami berdua.
Walaupun mukanya kelihatan jutek, tapi Jemi aslinya memiliki pribadi yang hangat dan bawel. Nggak heran sih aku karena orangtuanya juga memiliki pribadi yang ramah dan hangat, apalagi mamanya. Pertama kali diajak ke rumah, aku benar-benar gugup sampai mau mules rasanya. Bayangan mendapat sambutan dingin udah berkelibat di pikiran aku. Tapi Jemi selalu nenangin aku dan bilang kalau mamanya baik. Kalau Jessi suka, mamanya juga pasti suka. Aku memang sudah dekat dengan Jessi yang sering teleponan bareng aku dan sering ngaduin dua abangnya yang suka usil.
"Aduuh, aku udah berapa kali merasa mules nih. Kalo mama kamu nggak suka sama aku gimana? Kalo aku dijutekin trus mama kamu bilang kamu mau dijodohin gimana?"
Jemi tertawa mendengar ocehan nggak jelasku waktu itu.
"Ya nggak laaaah, percaya deh. Ntar yang ada kamu asik sendiri sama mama sampe lupain aku."
"Mana ada, emangnya kamu sama mama?"
Iya, Jemio Adhyatma bukan hanya jadi cowok populer di kampus, tapi juga di keluarga Mahardika. Kalau main ke rumah dia malah jadi asik ngobrol sama mama,apa aja dibahas sampe urusan Negara. Gitu juga kalau ketemu kak Nayen sama kak Revan. Even sama Rian aja kalau udah ketemu aku dikacangin.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER
RomanceAda yang nyaman, ada yang memendam perasaan sampai terkikis waktu, ada yang menyukai dalam diam. Ada ragu yang terselip dalam hati, apa nyaman berarti cinta? Apa rasa ini bukan semu belaka yang salah mengira nyaman karena lama bersama sebagai cinta...