20. EXTRA CHAPTER (TATTOO AND LATE BIRTHDAY GIFT) PART 01

432 46 8
                                    

Letih yang dirasakan Jemio setelah berjam-jam berdiri menjadi narasumber kegiatan Workshop lenyap begitu dia memasuki kamar dan mendapati sang istri yang tertidur sambil berpelukan dengan putri satu-satunya mereka, Neoma Candramaya Adhyatma yang sudah berusia 3,5 tahun. Tidak langsung menghampiri dua perempuan kesayangannya, Jemio memutuskan untuk mandi terlebih dahulu sebelum menghampiri Naya dan Neoma. Ada sejumput rasa bersalah saat hari Sabtu yang seharusnya menjadi harinya menghabiskan waktu bersama keluarga kecilnya malah diisi dengan pekerjaan.

Jemio mencium dahi Naya sebelum beralih mencium pipi gembil sang putri dan menggendongnya untuk dibawa ke kamarnya. Terlalu sering diajak nongkrong daddy dan maminya membuat Neoma jadi dewasa belum waktunya. Dia sering menyebut dirinya sendiri alpha girl gara-gara sering mendengar Nindya yang suka mengatakan kalau dirinya seorang alpha girl. Nindya memang menempati posisi nomor satu sebagai aunty paling keren di mata Neoma bahkan berhasil menggeser posisi Karin dan Raia. Karena menurut Neoma dia tuh alpha girl juga bocil mandiri, bocah cantik yang makin kesini malah semakin mirip Naya -padahal pas baru lahir plek ketiplek sama daddy-nya- akan ngomel-ngomel kalau pas bangun pagi dia malah tidur di kamar orangtuanya bukan di kamarnya sendiri. Jadilah Jemio menggendongnya untuk dipindahkan ke kamarnya sendiri daripada minggu paginya akan diisi dengan lengkingan omelan Neoma yang kalau mengoceh malas berhenti.

"Ngh, loh udah pulang?" Naya melenguh saat merasakan usakan hidung Jemio di tengkuknya.

"Eh kebangun yah? Bobo lagi aja." Jemio berbisik dengan deep voice-nya yang selalu dirindukan Naya.

"Adek udah kamu pindahin?" tanya Naya saat menyadari Neoma tidak lagi berbaring di sampingnya.

"Iya. Tadinya mau aku biarin aja disini supaya bobo bertiga, tapi nanti dia ngomel-ngomel. Apalagi kalo liat aku tidur sambil kekepin kamu."

Naya terkekeh sambil memutar tubuhnya agar bisa berhadapan dengan suaminya. Akhir-akhir ini mereka jarang punya quality time. Jangankan berdua, bertiga sama Neoma juga jarang karena kesibukan Jemio di kantor. Naya juga sibuk memantau kafe miliknya dan toko kue yang tadinya dipegang sang mama tapi sudah dialihkan ke Naya biar mamah Anna istirahat dan fokus ke cucu-cucunya. Jemio menarik tubuh istrinya agar semakin merapat sebelum mulai menyurukkan kepalanya di ceruk leher Naya.

"Kangen..." bisik Jemio membuat Naya sedikit merinding merasakan terpaan napas suaminya.

Tangan Naya naik membelai lembut kepala Jemio, memainkan rambut tebalnya.

"Aku juga, tapi aku ngerti kamu kerja cari duit biar aku sama adek hidup enak."

"Sebel banget kerjaan kayak nggak abis-abis. Aku selalu merasa bersalah karena jarang punya waktu sama kamu, sama adek. Aku suka sedih liat adek nggak terlalu nempelin aku lagi."

Sejak bayi sampai usianya dua tahun Neoma memang anak daddy banget. Walaupun hampir 24 jam bareng Naya melulu tapi kalau Jemio sudah pulang, Neoma akan menempel terus ke dia dan manja-manjaan. Kalau sudah begitu Naya jadi nggak kasat mata dan dianggap pengganggu yang nggak boleh dekat-dekat sama daddy-nya. Tapi setelah menginjak usia dua tahun, Neoma malah nggak bisa kalau nggak melihat batang hidung maminya. Mau makan, pipis, eek, mandi, jajan, main yang dicari Naya melulu. Nggak mau kemana-mana kalau Naya nggak ikut. Opa Damar, oma Yura dan nini Anna jadi rada susah mau ngajakin dia menginap karena kalau Naya nggak ikut, Neoma nggak akan pergi. Kecuali dibujuk Jessi atau di rumah opa dan omanya ada Javio dan Karin yang menginap bareng Jaziel putra kecil mereka. Yang nggak susah nyulik Neoma tuh Naren dan Raia karena Neoma senang ketemu kedua kakak sepupunya, Kaluna dan Kalandra.

"Dia jadi nempelin kamu banget dan aku jadi susah mau sayang-sayangan sama kamu." Jemio merengut membuat Naya gemas dan menangkup pipinya untuk dia cium.

AFTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang