18. EXTRA CHAPTER (GIFT)

878 85 13
                                    

🔞🔞🔞

CW// MATURE CONTENT (SKIP IF YOU FEEL UNCOMFORTABLE)


Helaan napas frustasi kesekian kalinya yang keluar dari mulut mungil Naya yang memicu reaksi dari ketiga sahabatnya yang sejak tadi sengaja mendiamkan muka sepetnya.

"Lo kenapa sih? Kayak lagi mikirin utang Negara aja." Nindya bertanya seraya memutar kedua bola matanya. Pasalnya, sahabatnya yang satu ini sekalipun sedang dihimpit beban sebesar pulau Kalimantan sangat pintar menyembunyikan kegelisahannya dan enggan bercerita sebelum dipaksa.

"Masih belum baikan Nay?" Karin yang sejak tadi sibuk memilih konsep dekorasi yang dikirimkan WO meletakkan ipad miliknya dan kini menaruh perhatian penuh pada Naya.

"Berantem sama Jemio? Kok bisa?" Gisella membulatkan mata tak percaya, karena menurut mereka bertiga Naya dan Jemio masih menempati posisi pertama sebagai pasangan paling manis yang pernah mereka temui. Dan melihat level kebucinan keduanya, rasanya tidak mungkin kalau mereka akan terjebak dalam pertengkaran yang lebih dari 30 menit.

Naya meringis tidak enak pada Karin karena kini perhatian ketiganya sepenuhnya terarah padanya. Padahal tujuan mereka berempat berkumpul hari ini untuk membantu Karin memutuskan konsep pernikahannya dengan Javio yang akan berlangsung tiga bulan lagi.

"Nggak apa-apa, udah mau selesai kok ini," ucap Karin saat melihat raut tidak enak yang masih terpampang di wajah Naya. "Ayo cerita aja."

"Lo berantem kenapa deh?" tanya Nindya penasaran.

Setelah menghela napas, Naya mulai bertutur kejadian tiga hari lalu yang seharusnya menjadi salah satu hari bahagia tapi malah berakhir menjadi salah satu hari paling menyebalkan dalam hidupnya.

That day supposed to be one of their most romantic day karena bertepatan dengan monthversary pernikahan mereka ke-6 bulan. Naya yang sudah excited sejak pagi sibuk mempersiapkan menu untuk dinner mereka. Apalagi beberapa hari terakhir Jemio seperti kecapekan karena beban kerja yang semakin tinggi. Seharian Naya habiskan di dapur untuk menyiapkan appetizer, main menu dan dessert. Tidak lupa juga dekorasi sederhana di meja makan untuk menambah kesan romantis.

Tapi lelah Naya menjadi percuma dan seolah-olah membuang waktu begitu saja karena sampai jam menunjukkan pukul 10 malam Jemio belum juga menampakkan batang hidungnya. Ponselnya bahkan mati karena pesan Naya yang tidak terkirim dan panggilan telepon yang dialihkan ke pesan suara. Jemio baru tiba di rumah pukul 10 lewat 30 menit.

"Kamu darimana aja? Kenapa nggak kabarin kalo pulang telat? Tadi kan janji mau makan malam di rumah?" Naya bertanya dengan nada datar dan dingin. Matanya bahkan menolak menatap Jemio.

"Maaf sayang, Hp aku mati dan aku nggak bawa cars sama powerbank. Klien penting tadi tiba-tiba minta bertemu dan lokasinya di PIK." Lelah jelas tercetak di wajah Jemio, bahkan suaranya juga terdengar lesu.

Tapi Naya sudah terlanjur kecewa dan rasa lelahnya seharian ini tiba-tiba datang lagi membuat dia menjadi lebih sensitif.

"Kamu kan bisa pinjem Hp anak buah kamu atau siapa kek untuk ngabarin aku. Usaha aku jadi sia-sia." Naya berkata kesal.

"Iya maaf, itu udah diluar kuasa aku Nay."

Bukannya melunak, Naya malah semakin memicing kesal ke arah Jemio. Entah kenapa dia merasa kalau Jemio tidak menghargainya dan tidak memiliki effort bahkan hanya untuk mengabarinya saja.

"Kamunya aja yang nggak mau usaha. Tau begitu aku nggak masak dan nggak nungguin kamu kayak orang bego. Klien kamu yang mana sih? Yang perempuan genit itu lagi?" Naya melempar tatapan curiga dengan kedua tangan terlipat di dada.

AFTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang