Aku udah ga cetak buku fisik lagi karena makin ke sini semua hal jadi makin ribet, terutama soal fanfic yang dibukukan. Bagi yang mau baca lanjutan cerita ini bisa order PDFnya dengan DM akun ini atau DM IG @cheonsaegi (fast respon). Untuk yang dari Malaysia juga bisa pesan melalui shopeepay yaa, mohon DM aku lebih dulu untuk convert :)
1. Harga PDF : RP 10.000
2. Tebal halaman : 438 halaman
3. 2 Prolog + 40 chap + 7 special chap (hanya ada di PDF)4. Keuntungan PDF:
- Harga lebih murah dari buku
- Cerita full chapter
- Ada bonus 7 chapter (not published)
- Cerita di password, jadi hanya pembeli yang bisa akses.5. Cara pesan PDF:
- DM ke Wattpad/Instagram @cheonsaegi
- Format pesan:Judul PDF:
Payment ke: (BCA/DANA/SPAY)
No. wa:
Email:- Kirim bukti payment.
- Aku akan kirim PDF beserta passwordnya ke email/gmail kalian.6. Payment/Pembayaran via:
1. BCA
2. DANA
3. SHOPEEPAY
4. CO ShopeeSPECIAL CHAPTER
Chp 41. New Beginning♫Daniela Andrade – La Ve En Rose ♫
Aroma pepohonan tercampur dengan aroma hujan tercium begitu menenangkan. Suara TV dengan samar terdengar dan ruangan yang begitu hangat dapat dirasakan. Semua kenyamanan itu membuat seorang pria terbangun dari tidurnya. Saat kesadarannya hampir terkumpul, ia merasa sedang tertidur dipangkuan seseorang dan ada sebuah tangan yang begitu hangat terus mengusap lembut kepalanya.
Perlahan mata itu terbuka dan mengerjap untuk menyesuaikan pencahayaan dari lampu yang tidak begitu terang. Saat sudah fokus keningnya mengerut seketika. Ia naikkan tatapannya dan matanya langsung terbuka dengan lebar. Tubuh jangkungnya terduduk di sofa dan menatap seseorang itu dengan tidak percaya.
"Ada apa, sayang? Apa kau mimpi buruk?" pria itu hanya diam dan seketika air matanya turun dengan begitu deras.
"Hei~ Cucuku ada apa denganmu? Kenapa tiba-tiba menangis, hm?" orang tersebut tak lain tak bukan adalah Nenek Song yang masih menggunakan pakaian khasnya. Ia dengan wajah yang khawatir mendekati Jeno lalu menghapus air mata pria itu.
"Nenek..." gumam Jeno begitu lirih karena tenggorokannya seperti tercekik.
"Iya sayang, ada apa, hm? Sini kemarilah, biar aku memelukmu."
Jeno memeluk Nenek Song dengan begitu erat. Ia tidak bisa berpikir apapun. Kepalanya terasa kosong. Ada sesuatu yang ia sedihkan hingga terus menerus mengeluarkan air mata, namun ia tidak tau apa yang ia sedihkan itu. Perasaannya hanya terasa sedih dan sakit.
"Rasanya begitu sesak. Dada Jeno sakit dan sangat sedih. Tapi Jeno juga bahagia. Entahlah, aku tidak tahu ada apa denganku sekarang. Rasanya ingin terus memeluk Nenek seperti ini. Ada perasaan di mana Jeno takut Nenek akan pergi lagi. Jeno sangat takut..."
Mendengar hal itu Nenek Song tertawa, ia pun melepas pelukannya dan menangkup wajah Jeno yang basah karena air mata. Diusapnya dengan lembut pipi itu hingga sedikit membuatnya tenang.
"Kau ingat bukan, aku terus mengatakan jika aku akan selalu menemanimu. Aku akan selalu di sisimu apapun yang terjadi. Kau tidak perlu khawatir tentang itu, Jeno. Kau Cucuku satu-satunya yang paling aku cintai, tidak mungkin aku akan pergi meninggalkanmu."
"Tapi rasanya seperti aku baru melihatmu setelah sekian lama. Rasanya sangat menyiksa."
"Itu hanya mimpi burukmu, sayang. Itulah kenapa aku selalu mengomel saat kau langsung tidur setelah pulang ke rumah. Setidaknya lepas sepatumu, ganti bajumu atau mandilah dulu agar tubuhmu segar sehingga tidak mempengaruhi mimpi di tidurmu. Auhh~ nakal." wanita dengan usia senja itu mulai mengomel lagi yang membuat Jeno melengkungkan senyumannya. Rasanya ia begitu merindukan omelan tersebut.
"Kau pasti lapar, ayo makan dulu. Ini sudah waktunya makan malam."
Di meja makan Jeno menunggu sang Nenek menyiapkan segala menu makanan yang biasa disuguhkan ketika makan malam. Perasaannya terasa sangat tak menentu, terasa senang namun juga rindu di waktu yang bersamaan. Suasana hangat ini seperti sudah lama ia nantikan kembali.
Mata sipitnya tak henti-henti menatap Nenek Song yang bolak-balik mengambil makanan dari meja dapur. Hanya ada satu kata yang mendeskripsikan hatinya saat ini, kerinduan. Namun Jeno juga tidak paham kenapa dia bisa serindu ini dengan sang nenek padahal dia hidup bersama seperti ini setiap hari.
Mereka pun makan seperti biasa. Senyum tak pernah hilang dari bibir Jeno saat merasakan masakan neneknya. Setelah makan malam, Jeno masih duduk di kursi meja makan sedangkan Nenek Song mencuci piring. Jeno berpikir ada yang aneh dengan dirinya. Ia masih mempertanyakan apakah tadi dia sedang bermimpi? Atau ternyata saat inilah dia di dalam mimpi? Ia menatap kedua tangannya terlihat sangat nyata, lalu ia tatap sang nenek juga sangat nyata, bahkan semua perabotan dan rumah ini terlihat sangat nyata untuknya. Semua pikiran-pikiran itu buyar saat Nenek Song kembali dengan membawa beberapa biskuit dan secangkir teh jahe kesukaannya.
Selengkapnya di PDF...
Jika kalian membeli di luar dari akun-akun di atas, dapat dipastikan oknum tersebut telah menjual karyaku secara ilegal.
Terima Kasih! :)
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SASAENG! √Nomin
FanficTELAH DIBUKUKAN! (Cek chp terakhir) TERSEDIA VERSI PDF + 7 SPECIAL CHAP 💸PDF Only 10k (jangan beli bajakan ya🤍) "Don't be afraid baby. I will not hurt you.." ------------------------------ WARNING! MATURE AREA 🔞 Harsh Words, Violence, Sexual Con...