03|fail

2.1K 112 0
                                    

✧∘* ೃ── noxious ✦ ⋆。˚.

Alea berjalan pelan saat akan mendekati Damar yang sekarang duduk di kursi dekat pintu rumah Bastian. Dengan pikiran berisik dan  hati yang berdetak kuat, Alea rasanya susah melangkah meskipun sebenarnya Damar sudah berada di dekatnya.

"Em, kenapa Kak?" tanya Alea dengan ragu duduk di samping Damar yang menatapnya dengan sedikit berbeda hari ini.

"Udah mulai berani ya sekarang?" Suara Damar terdengar lebih dalam dan serak kali ini membuat Alea menggigit bibir bagian dalamnya dengan tangan yang saling bertaut kaku.

"Kak, aku nggak ngabarin karena hp aku ketinggalan di mobil Kakak kemarin," jelas Alea dan mencoba berani menatap kedua mata Damar yang kini juga melihat wajahnya.

"Kamu punya laptop, apa susahnya buat log in instagram di sana?"

"Aku—aku nggak kepikiran. Nggak sempet buka laptop juga."

"Emang sesusah itu kayaknya buat ngasih tau. Sengaja kayaknya biar aku nggak ikut."

"Ya nggak gitu Kakk."

"Terus gimana?"

Alea diam, pikirannya kosong karena benar-benar tidak ada jawaban untuk pertanyaan Damar karena pernyataan sebelumnya benar adanya. Hingga keterdiaman mereka terjeda karena seorang laki-laki dengan motornya yang mengeluarkan suara lumayan berisik datang dan memarkirkannya di halaman rumah Bastian.

Itu Gala, dengan kemeja hitam yang dua kancing atasnya terbuka juga jeans berwarna senada berjalan ke arah pintu dan tersenyum ke arah Alea dan Damar. Gala hanya menganggukan kepalanya berusaha ramah kepada Damar meski pikirannya dipenuhi pertanyaan tentang kenapa Damar datang ke sini. Lalu matanya beralih ke arah Alea. "Duluan Al."

Gala dengan cepat berlari setelah melewati pintu besar rumah Bastian. Dengan perasaan tak karuan karena melihat Damar dengan ekpresi yang berkali-kali menakutkan, Gala takut jika Damar tiba-tiba maju dan memukulnya karena dia sempat tersenyum dan menyapa Alea tadi. Gala tak terpikir sampai sana saat menyapa Alea, sungguh.

Setelah tersenyum canggung kepada Gala tadi, Alea kembali melihat ke arah Damar. "Kerja kelompoknya mau mulai Kak."

"Jadi?"

"Kakak mau ikut? Atau—gimana?"

Mau tak mau, dari pada mengusir Damar dan membuat suasana hati lelaki itu bertambah buruk, Alea memilih mengajak Damar masuk ke dalam rumah Bastian meskipun jika leleki itu mau maka keadaan akan menjadi sangat canggung saat berlatih nanti.

"Yaudah, ayo." Damar sudah berdiri, siap masuk ke dalam rumah Bastian sedangkan Alea masih duduk di kursi dan membuang napas panjangnya.

Hufft.

Alea dan Damar berjalan berdampingan masuk ke dalam rumah Bastian dan datang ke ruang tamu membuat suasana yang tadinya bising seketika hening saat Damar dan Alea sampai di sana.

"Eh."

Alea sudah tau jika hal ini akan terjadi. Menatap teman-temannya dengan raut bersalah, Alea mengajak Damar duduk di kursi yanv kosong.

"Yu, mulai latihannya," ujar Alea mencoba mencairkan kecanggungan luar biasa menyebalkan ini. Terlebih lagi, Damar yang sudah duduk di sofa itu malah semakin memperhatikannya. Seolah menjadi juri galak yang sedang menilai.

"Ay—ayo."

Karena ruangan tamu ini luas, dan tidak ada adegan berlari di drama yang akan mereka coba, Bastian akhirnya memilih ruangan ini sebagai tempat latihan kali ini.

NoxiousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang