✧∘* ೃ── noxious ✦ ⋆。˚.
Kabar tentang berakhirnya hubungan Damar dan si anak kelas 10 bernama Alea Sherrina kini telah merebak meluas ke setiap penjuru kelas. Tidak usah diragukan lagi ke populeran Damar yang menjabat sebagai ketua futsal dan anak basket inti itu, ada banyak orang yang menganrti dan malah merasa bahagia saat mendengar kabar atas kandasnya hubungan singkat itu.
Sedangkan Alea sendiri dia selalu berusaha menghindar setiap ada Damar di radar yang bisa dilihatnya. Alea sudah pusing dengan masalah lainnya, hingga dia jelas mengenyampingkan masalah percintaanya untuk kali ini, satu hal yang pasti yang sekarang menjadi pegangan Alea adalah: menjauhi Damar.
Namun sayang, karena rencana yang dia buat tidak berjalan mulus saat seorang guru kesiswaan tiba-tiba memanggil nama Alea lewat pengeras suara, membuat Alea yang sedang duduk memainkan ponsel di kelas tiba-tiba terasa mendapatkan serangan kaget yang membuat jantungnya berdetak lebih cepat karena dia merasa panik, meskipun jelas Alea tidak melakukan kesalahan apapun yang membuat dia tiba-tiba dipanggil guru kesiswaan.
Alea menatap Dinda yang duduk di sampingnya. "Gue nggak buat masalah, kenapa di panggil ya?!" Raut wajah tegang, suara bergetar dan mata yang melihat ke sekitar, mempelihatkan seberapa paniknya Alea saat ini.
Jelas ini kali pertama dia mendapati namanya disebut seperti ini.
Namun Dinda juga jelas tidak kalah kaget, hingga tidak mempunyai ucapan penenang untuk Alea, karena yang dilakukannya selanjutnya adalah menwarkan Alea untuk diantarakan ke ruangan kesiswaan yang letaknya berada di dekat ruangan guru.
Alea jelas menerima tawaran Dinda, dia takut jika ke sana sendirian, Alea juga membutuhkan teman ngobrol di jalan nanti, supaya dia tidak semakin panik.
"Kamu bisa tunggu di sini atau pergi ke kelas," ujar salah satu guru di sana saat melihat Dinda.
Alea menghela napas panjang, saat melihat Dinda akhirnya melambaikan tangan, mengatakan semuanya akan baik-baik saja tanpa suara.
"Silahkan masuk, Alea Sherrina."
Alea semakin kaget, saat menemukan mantannya juga ada di sini, duduk santai dengan punggung menyender ke atas sandaran kursi.
"Akhir-akhir ini Damar banyak membuat kerusuhan, dan saat ditanya apa yang menjadi penyebab dia melakukan semua hal itu, nama kamu yang keluar dari mulutnya, membuat kami selaku guru kesiswaan dan bimbingan konseling memutuskan mencoba meneliti tentang masalah yang sedang kalian berdua hadapi, supaya kalian bisa belajar dengan tenang, terutama Damar, supaya dia tidak membuat banyak masalah lagi ke depannya."
Di Pelita, guru kesiswaan dan konseling memang berperan aktif dalam hal seperti ini, hingga tak jarang murid-murid menjadikannya tempat curhat terbaik tapi tetap saja, Alea merasa tidak percaya saat Damar menyebutkan namanya, menyeret dia ke dalam lingkaran masalah yang kembali hadir, seolah tidak membiarkan Alea bergerak dan bernapas bebas.
Alea menggigit bibir bagian dalamnya gugup mendengar penjelasan itu, dia melirik Damar yang menatapnya secara terang-terangan seolah jika dia berpaling Aleanya akan hilang begitu saja seperti yang sudah-sudah.
"Maaf Bu, tapi saya tidak merasa ada masalah berat dengan Kak Damar."
"Seperti itu Damar?"
Damar tidak menjawab, matanya masih saja melihat ke arah Alea, tanpa peduli dengan guru yang bertanya.
"Masalah tidak akan pernah selesai, jika kalian hanya diam. Ibu tahu kalian sempat menjalin hubungan kan? mungkin itu alasan kalian sekarang mempunyai hubungan buruk? Ibu mengerti jika masalah itu terkadang menjadi masalah kebanyakan anak remaja dewasa seperti kalian, tapi tolong jangan libatkan masalah seperti ini ke dalam pembelajaran formal yang penting seperti sekolah."

KAMU SEDANG MEMBACA
Noxious
Teen Fiction[𝐨𝐧 𝐠𝐨𝐢𝐧𝐠] Alea mulai lelah dengan sifat Damar yang semakin lama, semakin jauh dari perkiraannya. Ada banyak hal juga yang membuat Alea mempertimbangjan alasan untuk dia mengakhiri hubungannya dengan kakak kelasnya itu. Tapi yang jelas, tern...