✧∘* ೃ── noxious ✦ ⋆。˚.
Alea merencanakannya dengan baik. Pagi sekitar pukul tujuh, Alea sudah siap untuk pergi ke rumah Bastian diantar oleh taxi yang kebetulan lewat. Karena tidak ada ponsel, Alea mempunyai alasan untuk menjawab pertanyaan Damar nanti. Jika saja pacarnya itu marah karena tidak dihubungi.
Di rumah Bastian ternyata belum ada seorang pun yang datang. Di sana hanya ada Bastian, si pemilik rumah yang kini masih mandi. Alea menunggu dan duduk di sofa ruang tamu dengan pandangan yang fokus menonton film yang berputar. Kedua orang tua Bastian sedang pergi ke luar kota, hanya ada asisten rumah tangga yang tadi menyambut Alea dengan baik.
"Eh Al, udah dateng lo?" Bastian datang dengan pakaian lengkap dan rambut yang basah dengan tangan yang mencoba mengeringkan rambutnya menggunakan handuk kecil berwarna putih.
"Udah."
"Udah sarapan? Makan dulu yu bareng gue."
"Gue udah sarapan kok, lo kalo mau makan, makan aja, santai. Gue liat film aja di sini ya?"
"Beneran nggak mau makan?"
"Bener, Yan, Udah ah sana, keburu yang lain pada dateng."
"Oke, lo kalo mau makan ke dapur aja."
"Heem."
Rumah Bastian ini memang sudah sangat dikenali seluk beluknya oleh anak kelas. Karena biasanya, jika ada kerja kelompok, rumah inilah yang selalu menjadi korbannya karena lokasinya yang strategis. Bastian juga tidak keberatan dengan itu, mungkin karena rumahnya lebih sering sepi, karena dia anak satu-satunya dan memiliki kedua orang tua yang sibuk.
Satu per satu orang datang setelah jam dinding menunjukan pukul setengah delapan, karena memang mereka berjanji akan datang di jam itu. Meskipun beberapa orang masih di perjalanan. Kelompok seni budaya untuk drama pendek ini berjumlah delapan orang. Empat cewek dan empat cowok.
Kebetulan Alea satu kelompok dengan Dinda, sang sahabat dari SMP. Namun sampai saat ini, perempuan itu masih berkata jika dia sedang berada di perjalanan.
"Eh, lo sama siapa ke sininya Al?" tanya Ciara yang sudah datang sejak lima menit lalu.
"Naik taxi."
"Oh, tumben eggak bareng Kak Damar?"
"Nggak, lo sama siapa?"
"Dianter pacar."
Fokus Alea yang awalnya berada di film yang masih terputar, kini beralih dan menatap Ciara seutuhnya. "Maksud lo Kak Reza, kelas sebelas anak futsal?!"
Ciara nampak mendelik. "Iyalah, orang cowok gue dia doang."
"Ih kok nggak bilang?"
"Bilang apa?"
"Terus Kak Reza nya sekarang mau kemana?"
"Mau futsal, kenapa sih?"
Alea lantas menatap Ciara, masih dengan wajah paniknya. "Telponin dia dong, kalo Kak Damar nanyain gue, jangan dijawab, pura-pura nggak tau aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Noxious
Teen Fiction[𝐨𝐧 𝐠𝐨𝐢𝐧𝐠] Alea mulai lelah dengan sifat Damar yang semakin lama, semakin jauh dari perkiraannya. Ada banyak hal juga yang membuat Alea mempertimbangjan alasan untuk dia mengakhiri hubungannya dengan kakak kelasnya itu. Tapi yang jelas, tern...