✧∘* ೃ── noxious ✦ ⋆。˚.
Damar sudah bilang kepada Alea tentang kesabarannya yang tidak luas, dia berkali-kali mengingatkan perempuan itu supaya tetap ada pada batas yang dia gariskan dan jangan melewati batas itu supaya semuanya berjalan lancar dan baik-baik saja. Namun kejadian kemarin berhasil membuat kesabaran tipis Damar habis, tak tersisa hingga rasanya laki-laki itu sudah tidak mau berusaha bersikap baik-baik kepada Alea yang selalu bisa menguji dia dengan tingkahnya.
Harusnya, saat Damar masih lembut dan tunduk perempuan itu bersyukur lalu memanfaatkan moment itu dengan baik, bukan malah mengacaukannya dan menganggap jika Damar akan selalu terus baik kepada dia hanya karena Damar menyukainya, karena sekarang keadaan sudah berubah. Damar tidak akan mengemis maaf ataupun meminta Alea untuk berbalikan berkali-kali, karena sekarang alih-alih meminta atau memohon, Damar lebih suka memaksa.
Dia akan membuat semua orang menuruti keinginannya, seperti yang biasa dia lakukan kepada orang-orang dan sekarang Alea tidak lagi dia simpan dalam pengecualian, hari ini secara pasti Alea akan Damar perlakukan seperti yang lainnya, tidak ada lagi perlakuan khusus untuk perempuan yang sudah membuatnya kecewa.
Meski begitu, Damar heran sendiri apa alasan dia masih menginginkan Alea sedang gadis itu saja sudah sering membuatnya kesal.
Damar kembali menghembuskan asap rokoknya dari mulut, matanya memandang kosong ke depan memikirkan rencana.
Untuk Elnando yang kali ini tidak akan dia biarkan begitu saja.
Kira-kira apa yang akan membuat permainan kali ini menjadi lebih seru? apa yang harus dia lakukan kepada laki-laki tinggi pecinta alam itu?
"Ngapa sih woy, masih pagi udah bengong aja, banyak pikiran lo?!" tepukan keras di bahunya membuat Damar mengumpat keras dan melihat ke samping, menemukan Bara terkekeh di sana, menampilkan cengiran garingnya yang membuat Damar mengalihkan mata dengan kesal.
"Ngapa sih Bro, curhat lah curhat, sepet mata gue liat lo yang dikit-dikit cemberut kayak gitu, lo moody an banget dah kayak cewekk pms."
Bug! "Anjing!"
Oh itu suara bokong Bara yang berhasil menyentuh tanah karena Damar menendang kakinya. Bara yang berada di posisi jongkok sejajar dengan Damar lantas langsung terjatuh begitu penyangga tubunya ditendang keras.
"Anjing apaan sih, wah parah beneran lo Res," ujar Bara kesal, tangannya mencoba mengusap bagian belakang tubuhnya supaya tidak ada kotoran yang menempel di celana.
"Panggilan kepada Damares Fariel Adilson, ditunggu di ruang konseling sekarang, sekali lagi panggilan kepada Damares Fariel Adilson ditunggu di ruang konseling sekarang, terima kasih."
"Masalah apa lagi yang lo buat Res-Res," komentar Agam yang dari tadi sibuk dengan ponsel kini mengempatkan untuk memandang Damar dengan berdecak dan menggelengkan kepala.
Damar sendiri berdecak sebal, dengan kesal dia menjatuhkan rokoknya dan menginjaknya rokok yang masih tersisa setengah itu dengan kuat menggunakan sepatu tebal yang dia pakai, laki-laki itu baru berhenti setelah puas melihat rokok sisanya itu kini tidak berbentuk, sudah bubuk menyatu dengan berbagai kerikil dan tanah kering.
"Ck, enggak jelas amat dah tuh anak," celetuk Bara yang memperhatikan Damar dari awal.
Damar sendiri sudah tahu pasti apa yang membuatnya dipanggil ke ruangan konseling, pastinya tidak jauh dari kejadian kemarin sepulang sekolah, Elnando si kebanggaan guru itu pasti mengadu, membuat namanya kembali disebutkan di pengeras suara setelah beberapa kali dia absen karena sibuk memperbaiki diri kemarin-kemarin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Noxious
Novela Juvenil[𝐨𝐧 𝐠𝐨𝐢𝐧𝐠] Alea mulai lelah dengan sifat Damar yang semakin lama, semakin jauh dari perkiraannya. Ada banyak hal juga yang membuat Alea mempertimbangjan alasan untuk dia mengakhiri hubungannya dengan kakak kelasnya itu. Tapi yang jelas, tern...