✧∘* ೃ── noxious ✦ ⋆。˚.
Damar bisa saja berlaku seperti biasanya, menarik Alea mendekat, memaksanya kembali menjalani hubungan dengan dia atau mungkin memberinya sedikit ancaman akan berhasil membuat gadis itu tunduk lagi namun sekarang, rasanya akan terlalu gila jika Damar benar-benar melakukan hal itu kepada Alea yang nampak mulai kehilangan minat kepada Damar.
Jika Damar benar-benar melakukan hal yang disebutkan tadi, dia yakin Alea akan malah makin tersiksa bersamanya, dan demi menghindari hal itu, Damar sedikit menurunkan ego demi menuruti permintaan Alea nya itu.
Sedangkan Alea sendiri mengatakan jika dia mau berteman dengan Damar jika laki-laki itu berubah—ke arah jalan lebih baik. Menghindari masalah apalagi sampai bekelahi, berhenti bolos dan mulai belajar dengan serius juga mengikuti beberapa kegiatan bermanfaat lainnya yang ada di sekolah sebelum masuk ke semester dua yang akan sangat menyibukan untuk belajar masuk perguruan tinggi.
Entah karena apa tapi yang jelas, Damar menyanggupi ucapan Alea dengan perjanjian yang sebetulnya di setujui Alea dengan asal, alias—dia tidak terlalu memikirkan itu, karena menurut Alea sendiri, Damar tidak akan berubah secepat itu, dia berpikir jika setidaknya Damar akan membutuhkan waktu lama untuk keluar dari dunianya yang sekarang, dan itu membuat Alea tenang sesaat, mengingat jika waktu Damar di sekolah ini tidak lama lagi.
Bukannya benar-benar kehilangan rasa suka atau bahkan cintanya kepada Damar, hanya saja Alea sedang merasa malas dan terlalu lelah dengan konsekuensi yang dia dapatkan sejak dia dikenal sebagai pacar Damar. Telinganya setidaknya akan mendengarkan berbagai penghinaan dan juga tak jarang orang-orang membandingkan dia dengan Sheryl si perempuan tanpa cela itu, dan Alea rasa dia mulai muak dan lelah secara fisik maupun mental, dan itu juga yang menjadi landasan kuat kenapa Alea benari memutuskan Damar sepihak seperti kemarin itu.
Laki-laki itu hanya mempunyai waktu sekitar tujuh bulan lagi untuk lulus. Dan Alea yakin dia tidak akan berada di bawah kontrol laki-laki itu jika rencananya berhasil.
Alea duduk mengerjakan pekerjaan rumah, dengan musik tanpa lirik atau sering disebut instrumen mengalun indah di kamar bernuansa biru pastel itu.
Alea tersenyum mengingat saat kemarin kelompoknya tampil drama untuk pelajaran seni budaya, sang guru pelajaran memberikan nilai yang memuaskan, membuat Alea juga merasa sangat senang dan juga bangga, karena segala usahanya kali ini tidak menghianati, dan perlahan menyadarkannya tentang dia yang bisa lebih baik jika Damar tidak ada di dekatnya.
Menyadarkan Alea jika dia bisa berkembang seperti ini karena terlepas dari hubungan yang menjeratnya.
Senyuman Alea pudar, dia yakin sekarang, untuk tidak lagi berhubungan dengan semua orang yang membawa dampak negatif kepadanya, terutama Damares Fariel Adilson, sedikit banyak, Alea mulai menyesali pertemuan mereka yang mengantarkan Alea kepada banyak masalah yang sebetulnya bukan salah Alea.
Alea terlalu banyak membuang waktu, air mata yang kini sia-sia, hanya untuk Damar yang dirasa merugikannya sekarang.
Alea bertekad jika dia harus bangkit, dia harus memikirkan masa depannya sekarang, seperti nasihat yang diberikan dari mamanya dan juga guru konseling.
"Lo yakin mau ikut pramuka?"
"Iya, gue mau jadi produktif."
Di sini lah Alea sekarang, dia baru saja ikut latihan pramuka pertamanya, di bawah sinar matahari yang menghantarkan suhu panas membuat Alea diam-diam menutupi kepalanya sendiri, belum pernah selama ini berada di tempat terbuka yang panas seperti sekarang.
"Yakin? lo enggak bakalan pingsan kalo terus-terusan kepanasan kan?"
"Enggak lah, kesannya gue kayak manja banget," protes Alea saat Kania, terus bertanya seperti ini padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Noxious
Teen Fiction[𝐨𝐧 𝐠𝐨𝐢𝐧𝐠] Alea mulai lelah dengan sifat Damar yang semakin lama, semakin jauh dari perkiraannya. Ada banyak hal juga yang membuat Alea mempertimbangjan alasan untuk dia mengakhiri hubungannya dengan kakak kelasnya itu. Tapi yang jelas, tern...