17| a word as a promise

601 49 30
                                    

✧∘* ೃ── noxious ✦ ⋆。˚.

Saras menghela napas lelah dengan beban kayu yang dia bawa sendirian. Tangannya penuh dengan benda yang mereka butuhkan sedang kedua senior nya itu malah santai berselfie ria bahkan beberapa kali meminta Saras untuk memotret mereka menggunakan ponsel mahal milik Maria.

"Kak, emang segini cukup? kalo kita bawa paling dikit entar dihukum masak gimana?" keluh Saras begitu dia tidak melihat inisiatif tiga orang wanita itu. Entah apa yang mereka harapkan dari masuk pramuka, namun yang jelas orang-orang itu tidak mencerminkan anak pramuka sama sekali.

"Santai aja kali, paling entar si Alea dibantuin cowoknya buat cari kayu yang banyak, mana mungkin Damar biarin cewek kesayangannya dihukum masak sama si Elnando," ujar salah satu dari mereka yang diketahui bernama Karin yang kini masih sibuk mengedit foto yang baru saja diabadikan.

"Ah, enak banget ya anjir jadi tuh cewek, apa-apa dibantuin Damar. Ada untungnya juga kita satu kelompok sama dia, jadi enggak perlu susah-susah bangun tenda sendiri."

Karin menjauhkan layar ponsel dari hadapannya dan mengangguk membenarkan ucapan Neona. "Bener banget, asik enggak sih kalo ntar malem kita kerjain, biar dia tau rasa. Dikira anak manja yang apa-apa dibantuin pacar bisa gampang survive ditempat kayak gini apa?" Karin lantas terbahak puas dan Maria mendorong kecil teman satu angkatannya itu.

Karin, Neona dan Maria memang berada di angkatan yang sama, namun di kelas dan jurusan yang berbeda, meski begitu ketiganya nampak langsung akrab meski tidak pernah terlibat dekat di sekolah. Mungkin faktor dari samanya umur, angkatan, dan juga frekuensi membuatnya langsung terlihat cocok.

"Bukannya mereka udah putus?" tanya Saras mencoba nimbrung, kakinya masih bergerak mengikuti langkah ketiga seniornya.

"Ya enggak tau lah, drama aja kali. Orang Damar masih keliatan care banget sama si Alea-Alea itu, enggak tau untung emang tuh cewek, enggak sadar diri apa kali ya, dia B aja dapet spek Damar malah disia-siain mana katanya yang minta putus tuh dia loh, masih banyak kali yang mau sama Damar, tapi tuh cewek kayak jual mahal banget."

Kebencian mereka itu, terdengar sangat tidak masuk akal bagi seseorang yang bahkan tidak saling mengenal. Meski Alea tidak pernah melakukan kesalahan apapun kepada mereka, namun menueut ketiga orang itu rasanya tidak enak saja melihat wajah sok tidak berdosa itu, seolah-olah Alea memang melakukan sesuatu yang begitu hina kepada mereka. Dan semua itu disebabkan oleh penyakit hati yang bernama iri dengki.

Penyakit yang mematikan yang membuat pemikiran orang kadang tersumbat oleh perasaan yang layaknya membunuh secara perlahan, merasa tidak bahagia saat melihat orang lain mendapatkan kesuksesan, merasa sangat kesal begitu seseorang mendapatkan apa yang harusnya mereka dapatkan, sedang itu bukan kesalahan orang yang mereka benci, hanya saja penyakit iri itu memang sebegitu bahaya nya.

"Iyalah, itu si Alea kalo dibandingin sama Sheryl kelas sebelas masih kalahh jauh. Gue kalo jadi si Alea bakal gue kekepin tuh Damar, enggak bakalan gue lepasin ke manapun, kan parah kalo ada yang goda dia, pelakor dimana-mana, kalo perlu gue bakal turutin apapun yang dia minta, gila aja kali nolak cowok kayak dia tuh."

Karena yang sebenarnya terjadi adalah, mereka ingin berada di posisi orang yang mereka benci. Merasa tidak adil melihat orang itu mendapatkan sesuatu dengan mudah sedang itu terlihat mustahil bagi mereka.

Saras menelan ludah pahit mendengar ucapan kasar itu, jika saja Alea ada di sini dan mendengar semua ucapan yang keluar, bagaimana perasaan gadis itu? terdengar begitu jahat saat seseorang membadingkan dua manusia seperti tadi, padahal jelas mereka memiliki perbedaan dan keunggulan masing-masing.

NoxiousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang