✧∘* ೃ── noxious ✦ ⋆。˚.
Alea mengaduk sereal yang menjadi menu sarapannya pagi ini. Di hadapannya, Rosa (mama Alea) menatap anak satu-satunya itu dengan heran.
"Kenapa Al, kamu ada masalah?"
Alea mengangkat pandangannya kemudian tersenyum tipis kembali memasukan satu sendok penuh sereal kedalam mulut dan menggelengkan kepala.
"Jangan boong sama mama, ngomong aja? ada yang ganggu kamu di sekolah? mau mama datengin sekolah kamu biar mama bisa ngobrol sama guru?"
"Maa, aku enggak papa, lagi males sekolah aja."
Kening Rosa berkerut dalam kemudian menghela napas panjang. "Karena pacar kamu? udah mama bilang, kamu kalo mau sekolah lancar enggak usah pacar-pacaran. Kamu sadar enggak sih, kalo dampak pacaran kamu itu malah bikin ngehambat diri kamu sendiri, kamu nyadar enggak kalo akhir-akhir ini kamu suka keliatan enggak semangat gitu?"
Alea menunduk, tidak berani menatap Rosa yang sudah mengeluarkan omelannya.
Alea memang hanya tinggal bersama mamanya, sejak kecil, Rosa sudah berpisah dengan papa Alea yang sekarang pun tidak diketahui keberadaannya meski Alea anak kandungnya, laki-laki itu seolah menghilang tanpa jejak begitu mereka resmi berpisah.
"Coba deh kamu pikirin dulu, apa aja yang kamu dapetin dari pacaran, kalo banyak negatifnya mending kamu udahin aja hubungan kamu sama cowok itu. Mama enggak mau kamu nyesel buang-buang masa sekolah cuma buat pacaran yang bahkan kamu aja belum tau kedepannya bakal gimana."
Setelah menghabiskan sarapan dengan nasihat panjang lebar dari mamanya, akhirnya Alea saat ini sudah sampai di sekolah dan kelas sudah penuh karena ternyata Rosa mengabiskan cukup banyak waktu untuk memberitahu Alea banyak hal tentang apa yang harus Alea pikirikan saat ini.
Menghembuskan napas panjang, Alea kembali menatap bukunya yang masih kosong.
Beberapa hari ini, Alea menghindari Damar setelah melihat story instagram Sheryl di malam selasa lalu. Alea mempunyai banyak alasan setiap kali Damar mengajaknya bertemu atau bertelponan di malam hari.
Sekarang, kebingungan itu bertambah karena sebagian hatinya membenarkan segala ucapan mamanya tadi pagi.
Hingga pada hari ini, Damar tidak lagi memberikannya waktu dan kesempatan untuk dia kembali menghindar, tepat hari jumat, pukul sepuluh siang, Damar mendatangi kelas Alea dan mencainya hingga masuk ke dalam kelas yang diisi banyak orang itu karena sedang jam kosong. Damar sengaja mendatangi Alea sebelum pulang karena pasti jika didatangi saat jam pulang, Alea pasti akan pulang terlebih dahulu untuk kembali menghindar.
Alea sedang berbincang di mejanya dengan kedua temannya. Mereka berkali-kali tertawa hingga tawanya lenyap saat tiba-tiba Damar menyentuh bahu Alea yang memunggunginya.
"K-Kak Damar? Kenapa Kak?" Wajah Alea memucat melihat Damar ada di sini, pandangannya kemudian kembali melihat ke arah Dinda yang Maudi yang sekarang sedang menyibukan diri dengan so-soan membaca buku membuat Alea mengumpat dalam hati.
"Ikut aku dulu."
"Kemana? Bentar lagi masuk."
"Ke taman belakang, sebentar."
"Tapi, aku lagi ngerjain tugas, Kak."
"Tugas apa?"
"Sosiologi, abis ini harus dikumpulin."
Tatapan Damar bertemu dengan Dinda yang sedang mencuri pandangan ke arahnya. "Ada tugas?"
Dinda gelagapan sendiri, menggelengkan kepalanya yakin. "Nggak ada," jawabnya dalam sekali tarikan napas membuat ucapannya tidak begitu jelas, Dinda lantas kembali menyibukan diri, tidak mau terlibat lebih jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Noxious
Teen Fiction[𝐨𝐧 𝐠𝐨𝐢𝐧𝐠] Alea mulai lelah dengan sifat Damar yang semakin lama, semakin jauh dari perkiraannya. Ada banyak hal juga yang membuat Alea mempertimbangjan alasan untuk dia mengakhiri hubungannya dengan kakak kelasnya itu. Tapi yang jelas, tern...