10|still think 'bout her

1.7K 104 6
                                    


btw aku jelasin lagi kalo Damar suka dipanggil Res, oleh teman-temannya. Itu berasal dari tiga huruf akhir di nama awalnya, Damares.

Happyy readingg!!

✧∘* ೃ── noxious ✦ ⋆。˚.

Saat upacara bendera dilaksanakan, biasanya Damar akan melipir melewati gerbang belakang kemudian melewatkan upacara dengan memilih duduk di rooftop atau kantin bersama dengan Bara, Revan dan juga beberapa siswa lain yang memiliki pemikiran yang sama dengannya.

Namun khusus hari ini, meski dengan ogah-ogahan Damar berjalan masuk ke lapangan, memilih mengintili Aldeo dan Agam yang memang tidak pernah absen melakukan upacara bendera.

Sudah siap dengan atribut lengkap temasuk dasi dan topi yang masih sangat bagus karena jarang dipakai dan hanya berdiam mengisi tas, kini laki-laki itu berdiri menjulang tinggi di barisan belakang, namun berpisah dari jajaran anak kelasnya karena memilih bergabung bersama Aldeo sedang Agam telah menjauh mendekati barisan yang salah satunya berisi pacar baru pemuda itu.

Upacara bendera baru saja dimulai, sekarang sudsh ada dalam tahap mengibarkan bedera oleh tiga orang yang memakai baju paskibra. Bukannya fokus melihat ke depan dan memperhatikan hal yang sedang terjadi, Damar malah sibuk melirik ke sekitar, mencoba mencari perempuan yang selalu memenuhi kepalanya.

"Damar? fokus, lagi cari apa kamu?" sampai seorang guru laki-laki yang biasa menegur dan mencari siswa siswi yang tidak memakai atribut lengkap mendatanginya, memperhatikan penampilan Damar dari atas hingga bawah dan menepuk pundaknya saat melihat tidak ada yang salah ataupun kurang dari pakaian laki-laki yang dia tahu jarang mengikuti acara rutin ini.

Damar mengalihkan pandangan, melihat dengan bosan ke arah salah satu siswi yang sedang membacakan undang-undang.

"Bukannya itu cewek lo?"

Mendengar ucapan itu, barulah Damar seolah kembali menemukan semangatnya, dia dengan cepat melirik ke arah yang ditunjukan oleh Aldeo, dan benar saja Alea nya di sana sedang digiringkan oleh guru yang tadi mendatanginya, Alea tidak sendiri, masih ada banyak murid yang lain juga di depan dan belakangnya, mereka akan disuruh berdiri di barisan yang terpisah karena tidak memakai atribut lengkap.

"Mau kemana?"

Aldeo menahan bahu Damar yang baru saja akan melangkah, laki-laki itu menunjuk ke arah Alea sebentar kemudian meninggalkan Aldeo yang menghela napas.

Sedangkan di sana-Alea mengerjap cemas menatap kiri kanan, meski di sampingnya ada Dinda, dia masih tidak merasa tenang karena malu menjadi salah satu anggota yang berdisi di barisan terpisah ini. Alea tadi merasa kalut, dia lupa membawa dasi dan jika pura-pura sakit atau berdiam diri di kelas dia merasa khawatir ketahuan, jadilah dia pasrah itut ke barisan hingga guru yang menjadi pengawas sadar jika dirinya tidak mengenakan dasi.

"Santai aja woy Al, paling kita disuruh pungutin daun sama denger ceramah bentar," ujar Dinda yang berdiri di sini lebih lama darinya. Dinda memakai atribut lengkap, hanya saja gadis itu tidak bisa menghentikan kebiasaan buruknya yaitu selalu saja terlambat setiap hari senin.

Dinda sudah berpengalaman berada di barisan ini jadi dia bisa lebih santai dan tidak mempedulikan tatapan orang-orang yang melihat ke arah mereka.

Alea menghembuskan napas. Ya, dia tidak usah terlalu panik.

Dia sudah merasa sedikit tenang andai saja jika laki-laki itu tidak datang kepadanya, mendekat, memangkas jarak dan memasukan sesuatu berwarna hitam saat Alea menunduk. Laki-laki itu juga bergerak membenarkan rambut Alea yang kini sudah mengangkat pandangannya dengan netra membulat, dan lantas melirik ke arah sekitar dengan panik.

NoxiousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang