Udah sahur belum?
Mari awali hari dengan membaca:v
Hehe
Semangat puasa!-🐯
Entah bagaimana bisa Hayden kini menjadi dekat dengan Yoga. Bahkan mereka sering pergi ke kantin bersama, atau hanya mengobrol di kelas. Tetapi hanya Yoga, tidak dengan teman-teman yang lain yang hanya ia tanggapi dengan singkat.
Nyaman menjadi alasan bagi Hayden untuk terus bersama Yoga. Hari-hari ia bersekolah terasa lebih berwarna setelah mengenal Yoga. Hayden menyukai itu. Apalagi Yoga tidak keberatan membantunya jika ada soal yang tidak ia mengerti.
Seperti sekarang, bel pulang sudah berbunyi sepuluh menit yang lalu. Jivan juga sudah bersama Ajun untuk latihan. Tapi Yoga dan Hayden masih di kelas, mengerjakan tugas yang diberikan guru mapel terakhir tadi.
"Lo gapapa emang?"
Yoga mengangguk. "Gapapa, aku udah bilang bunda,"
Hayden terdiam. Bunda? Hayden tidak tahu rasanya punya sosok ibu. Kata papanya, Hayden hanya punya papa.
"Hayden!"
Merasa dipanggil, pemuda itu lantas menatap temannya yang duduk disampingnya.
"Kamu ngelamun lagi!"
Hayden terkekeh kecil. "Kan gue udah bilang, ngelamun itu-"
"Hobi kamu." Potong Yoga. "Iya..... Tapi jangan sering-sering,"
Hayden mengangguk, kemudian keduanya kembali fokus pada soal-soal kimia yang seharusnya menjadi tugas di rumah. Hanya lima soal sih, makanya Hayden meminta Yoga untuk mengerjakan bersama.
"Zat cair non polar itu apaan Ga?"
"Zat yang mudah terbakar, menghasilkan jelaga yang sangat banyak jumlahnya" jawab Yoga tanpa mengalihkan fokusnya pada buku.
"Ooh.... Oke" Hayden mengangguk paham, kemudian kembali fokus pada pekerjaannya.
Tiga puluh lima menit kemudian mereka selesai, keduanya mengemasi barang masing-masing, dan bersiap untuk pulang.
"Mau gue anter gak?" Tanya Hayden saat mereka berada di lobi sekolah.
Yoga menggeleng singkat. "Beda arah, ngerepotin kamu."
"Nggak ngerepotin kok, ayok!" Hayden berjalan ke arah parkiran, sedangkan Yoga malah terdiam. Ia merasa tidak enak, namun ketika Hayden meneriaki namanya membuat Yoga menyusul pemuda itu.
"Beneran gapapa?"
Dibalik helm full face yang dikenakannya, Hayden mencebik pelan. Kenapa sih, ia bisa dipertemukan dengan orang sebaik Yoga? Kenapa juga pemuda satu ini selalu tidak enakan? Padahal Hayden tidak masalah.
"Udah si, naik aja."
Mendengar itu, Yoga pun naik keatas motor sport milik Hayden. Memegang pundak Hayden, kemudian mereka mulai meninggalkan area sekolah.
"Ini rumah lo arah mana?" Tanya Hayden agak keras.
"Itu, yang belok kanan" jawab Yoga sambil menunjuk ke arah rumahnya.
"Terus kemana lagi?"
"Lurus aja, ada halte itu belok"
Mengikuti arahan Yoga, Hayden pun membelokkan motornya tepat di jalan samping halte yang Yoga maksud.
"Ini rumah lo?" Tanya Hayden dan balas anggukan oleh Yoga saat turun.
"Mau mampir gak?"
Hayden menggeleng. "Gak deh, gue mau ke kantor papa,"
KAMU SEDANG MEMBACA
ೄYOGAྀ࿐
Fanfiction-------1 Tak hanya tentang Yoga, tapi juga tentang bagaimana orang menghadapi hidupnya. Kehidupan tanpa teka-teki akan terasa monoton. Hidup tanpa pertanyaan, tidak akan membuat kita ingin tahu. Makanya, semua yang terjadi itu perlu untuk dipertanya...