ೄYOGAྀ࿐18

235 45 23
                                    


—🐯

Brakkk

Suara keras itu berasal dari tabrakan antara punggung Yoga dan pintu lab bahasa. Tanpa Yoga duga, tiba-tiba saja Ferry mendorongnya dengan sangat keras.

Yoga yang kini jatuh terlentang hanya bisa memejamkan matanya. Menahan sakit pada punggungnya yang terkena dua kali benturan. Menghantam pintu saja sakitnya bukan main, ditambah ia terjatuh dengan keras ke lantai.

Selang satu detik, Yoga merasa kerah bajunya ditarik. Membuat dirinya mau tak mau menatap Ferry yang kini menunduk dengan sorot tajamnya.

"Gimana? Sakit?" Tanyanya dengan tersenyum miring. "Ck, lemah!" Ujarnya sambil melepaskan kerah seragam Yoga.

Yoga hanya bisa mengatur nafasnya sambil menahan dirinya agar tetap tersadar. Jujur saja, pandangannya mulai tak jelas, kepalanya terasa berat dan pusing.

Ferry berjongkok, menatap remeh Yoga yang kini tampak lemah.

"Lo tau Ga?"

"Gara-gara lo! Gara-gara lo, posisi gue Dimata guru-guru tergeser! Gara-gara lo ikut olimpiade perhatian guru-guru teralih ke lo semua!"

"Dan, lo tau... Karena itu gue gak dapet apa yang harusnya udah gue punya sekarang!" Mata tajam Ferry memerah, tersirat amarah yang menggebu pada sorotnya.

"Mereka lebih milih lo buat dipromosikan sebagai murid terbaik! Dan itu bikin gue makin dilupakan!"

Yoga hanya diam sedari tadi. Ia mendengar dengan jelas, namun keadaannya begitu lemas tak berdaya.

Dengan suara yang keras, Ferry berkata tepat disamping telinga Yoga. "Dengan cara ini, gue kasih tau sama lo! Yang pantas ikut olimpiade itu gue! Yang pantas jadi murid terbaik itu gue! Bukan lo, Yoga Pradipta!"

"Gue gak tau, tapi gue sangat berharap kalau otak lo gak akan bisa berfungsi lagi setelah ini," ujarnya kemudian menarik rambut Yoga hingga kepalanya sedikit terangkat.

"Tapi sebelum itu, gue mau denger pengakuan dari lo." Ferry memaksa Yoga agar menatapnya.

"Akuin, kalau lo orang terbodoh yang pernah hadir di dunia ini," Ferry mengeluarkan ponselnya sambil tersenyum miring.

Yoga terengah, rasanya sangat lemas, bahkan tak sanggup untuk bernafas normal.

"Ngomong!" Ferry mengeratkan cengkramaannya pada kepala Yoga.

"A-aku... O-orang..." Yoga mengatur nafasnya. "Ter....bodoh..."

"Ck!" Ferry menghempaskan kepala Yoga ke lantai. "Kelamaan" ujarnya.

Rasanya sakit, pusing, berat..... dan seketika semuanya gelap.

Ferry tersenyum setelah menyimpan video yang baru saja direkamnya itu. "Thanks Yoga, lo emang bodoh," ujarnya kemudian menatap Yoga yang terlentang dan memejamkan matanya.

Ferry mendekat, kedua bola matanya langsung membesar kala menyadari kini Yoga sudah tidak sadarkan diri. Dengan secepat mungkin, ia berusaha untuk menarik tubuh Yoga agar masuk ke lab semua. Bohong jika Ferry tak panik, ia hanya ingin memberi Yoga pelajara, tapi kenapa anak itu sampai pingsan?

Setelah tubuh Yoga sepenuhnya telah masuk, Ferry menutup pintu lab yang baru saja rusak karena ulahnya itu, kemudian berlari menjauh dari sana dengan sesegera mungkin.

—🐯

Jivan memarkirkan motornya pada sebuah parkiran di rumah sakit. Pemuda itu berjalan santai setelah mendapat informasi dimana Ajun dirawat.

Setelah mengetuk pintu kamar VVIP itu, ia masuk dengan senyum sopan nya.

"Siang menjelang sore om, tante..." Sapanya pada kedua orang dewasa yang sudah cukup akrab dengannya itu.

ೄYOGAྀ࿐Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang