ೄYOGAྀ࿐24

171 39 8
                                    

—🐯

"Gak ada izin, Yoga Pradipta!"

Suara tegas Chandra menjadi keputusan mutlak yang tak bisa dibantah. Yoga hanya bisa menunduk, ia sudah mencoba membujuk sang ayah, tapi jawabannya tetap sama.

"Masuk kamar sekarang, lakuin liburan kamu disini aja."

Yoga menunurut. Pemuda itu berjalan dengan lesu menuju ke kamarnya. Bayangan liburan bersama Hayden telah sirna di kepalanya.

"Kasian..."

Suara ejekan Rendi membuatnya menoleh. Dapat ia lihat bagaimana saudaranya itu tersenyum miring. Sangat berbeda dengan dulu. Dimana ia sedih, Rendi akan menghiburnya.

Yoga memilih diam dan tak menghiraukannya. Ia memasuki kamar, menghubungi Hayden untuk meminta maaf karena tak bisa ikut bersama temannya itu.

"Mau kemana, Ren?" Tanya Wendy begitu mendapati sang anak yang sudah rapi.

"Ke rumah nenek," jawab Rendi.

Wendy menghela nafas. Ia menunduk, memilih diam dengan perubahan sikap Rendi akhir-akhir ini.

"Bunda gak mungkin ngelarang, kan?" Rendi menaikkan sebelah alisnya.

Melihat sang bunda yang hanya diam, Rendi melangkah pergi. Menurutnya, ia tak perlu pamit kan? Mereka sudah tau ia akan pergi kemana.

"Chan, apa yang mama kamu lakuin sampai ngerubah anak aku?" Wendy menatap Chandra. "Liat, Chan... Rendi bukan kayak anak aku, dia berubah..." Wendy menunduk sendu.

Chandra menoleh, tatapan tajam itu tertuju pada istrinya. "Bisa stop nyalahin mama?!"

Terkejut. Wendy kaget ketika Chandra berbicara seolah membentaknya.

"Oke! Mungkin mama emang sering berulah! Tapi kita juga cukup lalai, Wenandyra.... Terutama kamu!" Chandra mulai terpancing emosi.

Wendy melangkah mundur. "Aku?" Tunjuknya pada dirinya sendiri. "Aku, Chan?"

"Iya! Seharusnya sebagai seorang ibu, kamu bisa lebih perhatian, lebih bisa bersikap lebih baik dan gak terus menyalahkan orang lain!" Chandra mendekati Wendy. Menatap mata kaca milik sang istri itu dengan mata merahnya.

"Satu lagi, stop bilang 'anak aku' karena baik Rendi atau Yoga, mereka juga punya aku sebagai ayahnya!" Tegas Chandra.

"Ayah?" Wendy ikut tersulut emosi. "Sosok ayah kamu bilang?!" Nada bicaranya naik. "Ayah macam apa yang cuma diam ngeliat anaknya berubah, hah?!"

"WENANDYRA!!" Teriak Chandra marah. "Kamu juga salah, kamu juga cuma diam kan disini?" Chandra mengikis jarak, menatap Wendy dengan tatapan tajamnya. "Kamu cuma bisa ngandelin aku, kamu cuma bisa nyalahin aku! Padahal kamu sendiri juga gak bisa apa-apa!" Ujarnya kemudian beranjak pergi.

"Jadi ini semua salah aku, Chan?" Ujarnya tak terima dengan apa yang Chandra lontarkan.

Chandra berhenti sebentar, tapi tak lama ia pun melanjutkan langkahnya. Pikirannya sedang berkecamuk, ada rasa marah pada Saga, rasa bersalah pada Yoga, ditambah kebingungan yang sama seperti yang dirasakan Wendy tentang Rendi saat ini. Jika dia terus meladeni sang istri, bisa-bisa dirinya akan kehilangan kendali.

Wendy terdiam di tempatnya. Sedangkan Yoga yang mendengar pertengkaran orang tuanya itu hanya bisa mengusap wajahnya.

Keluarganya dulu tidak seperti ini. Keluarganya yang dua bulan lalu masih terasa baik-baik saja, tiba-tiba seperti tertimpa angin topan yang sangat dahsyat. Retakan hubungan itu sudah sudah benar-benar terlihat.

Rendi berubah, ayahnya sudah tega membentak sang bunda, dan bunda Wendy yang lebih sering murung.

"Hahh" Yoga mendongak, menatap langit-langit atap seakan dapat membuat pikirannya lebih dalam. "Yoga berharap kalau ini cuma mimpi," ia menghela nafas. "Tapi itu semua juga cuma harapan, nyatanya ini semua bukan mimpi,"

ೄYOGAྀ࿐Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang