ೄYOGAྀ࿐28

153 45 9
                                    

—🐯

Hayden menatap lurus ke depan. Kedua tangannya masih memegang helm yang ia letakkan pada tangki motor sportnya. Entah kemana tujuannya, ia pun tak tahu. Sedari pagi ia hanya melajukan motornya tak tentu arah.

Setelah semalam ia pulang, paginya ia memilih untuk keluar rumah. Masih malas untuk berurusan dengan sang papa.

Kali ini ia memilih untuk mendorong motornya menuju ke taman yang tertangkap pada pandangannya.

Mengabaikan tatapan orang-orang yang mungkin mengira jika motornya mogok, Hayden akhirnya memarkirkan kendaraan roda dua tersebut.

Tanpa berfikir mungkin motornya akan dicuri, pemuda berkulit pucat itu melangkah ke taman. Tempat cukup tenang dibanding jalanan yang ramai. Ia mendudukkan dirinya pada sebuah bangku, mengatur nafasnya sembari mendongak—menatap langit.

"Misi, boleh ikut duduk disini, gak?"

Suara yang Hayden yakin milik seorang gadis itu tak ia hiraukan. Dirinya hanya menggeser tubuh, lalu memejamkan matanya.

Bisa ia rasakan, gadis itu duduk disampingnya.

"Kamu keliatan pucet," celetuk gadis itu. "Kamu sakit, ya?"

Mendapat pertanyaan begitu, Hayden pun membuka matanya. Cukup terkejut begitu mendapati wajah gadis itu tepat didepan matanya.

"Kamu sakit?" Tanyanya lagi, membuat Hayden mendorong dahi si gadis agar menjauh dari pandangannya.

Gadis itu reflek mengusap dahinya.

"Gak usah sok peduli. Kita gak kenal," ujar Hayden kemudian berdiri.

"Aku cuma nanya, tau!" Gadis itu menjawab, membuat Hayden kini berbalik, menatapnya.

"Kamu kalau sakit jangan keluyuran! Ini masih pagi, udaranya masih dingin, harusnya kamu istirahat aja!"

"Cerewet!" Ujar Hayden kemudian berlalu. Meninggalkan gadis itu yang tampak merengut kesal.

Putra Sagara itu kembali mengendarai motornya. Kali ini tujuannya adalah ke sebuah kedai bakmi yang berada di dekat sekolahnya.

Sambil duduk menunggu pesanan, ia menghubungi Jivan. Untuk sekarang ia belum bisa menghubungi Yoga, karena entak kenapa ia mempunyai firasat yang tidak enak jika harus menghubungi temannya itu.

Selesai ia memakan bakmi, Hayden mengendarai motornya menuju ke sekolah. Kegiatan sekolah baru akan aktif dua hari lagi, jadi sekolah masih sepi.

"Udah pulang lo? Tumben ngehubungi gue?" Jivan duduk disampingnya.

Posisi mereka kini berada di bangku dekat parkiran, yang cukup panas sebenarnya.

"Ji..."

"Hm?"

"Kenapa ya, gue tiba-tiba gini?"

Jivan mengerutkan keningnya. Ia langsung menatap Hayden yang berada disebelahnya itu. "Maksud lo?"

—🐯

Kamar yang biasanya rapi dengan barang-barang yang tertata apik itu seketika berantakan. Kalau orang-orang sering bilang sih, tampak seperti 'kapal pecah'.

Mulai dari seprai yang tak menutupi kasur, bantal-guling yang kini berada dilantai, buku-buku berserakan dengan pakaian juga gantungan yang tak lagi berada di lemari.

Si pemilik pun masih setia dengan baju semalam. Bahkan ia belum mandi, dan lebih memilih untuk membuat kamarnya berantakan.

Sudah terhitung lima kali ia mengacak rambutnya. Kedua matanya tak berhenti memandang sekitar, tampak tak ingin melewatkan sudut manapun.

ೄYOGAྀ࿐Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang