ೄYOGAྀ࿐41

128 16 7
                                    

—🐯

Hayden menghela nafas begitu melihat arah jarum jam yang menunjukkan pukul dua belas siang. Perasaan, baru tadi ia sarapan, tapi sekarang sudah jam makan siang saja. Ternyata selama itu ia melamun. 

Ya, sedari pagi Hayden memang melamun. Kalau bahasanya anak jaman sekarang sih PPKM alias Plonga Plongo Kayak Monyet, gitu. 

Bosan memang rasanya jika tidak ada kegiatan apapun. Apalagi yang hari ini sudah ia jadwalkan untuk keluar, membeli buku dan bermain bersama Yoga namun tidak jadi, karena teman baiknya itu membatalkannya dengan alasan akan piknik bersama keluarganya yang mau tak mau Hayden harus mengerti.

Turut senang mendengar Yoga memiliki waktunya kembali bersama keluarganya, setelah Hayden tahu bagaimana kondisi keluarga teman baiknya akhir-akhir ini. Namun tentu tak bisa dipungkiri jika ia juga kesal karena acara mereka yang tiba-tiba dan Hayden harus membatalkan janjinya bersama Yoga.

Tok. Tok.

"Hayden?"

Suara yang tak lain dan tak bukan adalah papanya.

"Keluar yuk, kita lunch di luar,"

Tanpa banyak bicara, segera Hayden mengambil ponselnya dan keluar menemui papanya.

Sementara pada sisi lain, ada keluarga kecil Pradipta yang sedang berlibur. Mereka menikmati liburan dengan nuansa piknik didanau, tempat rekomendasi dari Rendi.

"Boleh juga rekomendasi dari kamu ini, Ren" ujar Chandra menuju tepi danau begitu sampai.

"Iya dong yah, sengaja nyari tempat yang adem dan pengunjungnya dikit gini, biar enak kita liburannya." Rendi.

Terdiam sejenak, Rendi menatap bekas luka pada sudut bibir ayahnya. "Ayah, kapan kita bisa lepas dari nenek?" tanyanya sendu.

"Huhh.... ayah usahain ya, Ren" Chandra menatap sang anak. "Ayah usahain buat itu,"

Wendy tersenyum melihat punggung keduanya, ia menata karpet dan makanan yang mereka bawa dengan rapi dibantu Yoga. 

"Ayah, Rendi, mienya udah siap, nih" ujar Yoga dari kejauhan.

Rendi hanya membalas dengan acungan jempolnya. "Yuk," Chandra merangkul sang anak menghampiri mereka.

"Udah lama banget gak makan mie cup begini," Chandra mengambil bagiannya. "Dulu ayah suka banget makan mie cup begini sama bunda kalian kalo abis main hujan." lanjutnya.

"Aku sama Yoga juga sering kan makan mie cup begini pas abis renang." sahut Rendi.

Yoga ketawa kecil. "Kamu dulu mah suka marah-marah kalo mie cup begini,"

"Lagian Rendi makan mienya pas baru mateng, ya jelas kepanasan lah! gitu aja pake marah-marah" ledek Chandra.

Wendy ketawa. "Bener tuh, kalo diinget lagi, anak bunda yang satu ini emang gak sabaran, ya"

"Sayang, dia mah waktu ada pembagian kesabaran bukannya antri malah molor" 

"Ayah!" protes Rendi.

Semuanya tertawa puas begitu merasa berhasil meledek Rendi.

Hari itu mereka lewati dengan bercengkrama layaknya sebuah keluarga yang harmonis. Melupakan badai yang pernah menerjang kedamaian mereka. Melupakan beban berat sejenak, dan memilih fokus pada kesatuan mereka sebagai keluarga.

—🐯

Makan siang Hayden dan Saga berjalan dengan keheningan. Mereka benar-benar hanya makan siang tanpa ada yang berbicara. Hingga kini, keduanaya sedang di jalan pulang pun tak ada yang memulai pembicaraan. Sampai pandangan Saga terfokus pada sebuah toko roti yang sudah lama tak ia kunjungi. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ೄYOGAྀ࿐Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang