ೄYOGAྀ࿐17

196 47 15
                                    

Sebelumnya, aku minta maaf karena gak sempet balas komentar di chapter sebelumnya.

Makasih yang udah dukung cerita ini,
Makasih juga buat yang nungguin kelanjutannya.

Maaf ya, karena update nya gak nentu🙏🏻

-🐯

Waktu menunjukkan pukul 21.45 malam. Chandra melepas pelukan Wendy yang kini sudah tertidur dengan pelan, agar tidak menggangu istrinya itu.

Ponsel yang ia letakkan di nakas itu diambil, kemudian keluar kamar dengan langkah pelan.

Dengan tenang, ia berjalan menuju kamar kedua anaknya. Kamar Rendi jadi tujuan pertama. Ia membuka pintu kamar yang ditempeli banyak stiker tersebut, dan mendapati sebuah jaket yang tergeletak di lantai.

Chandra menggeleng pelan, kebiasaan yang sering ia lakukan saat remaja ternyata menurun pada anaknya. Dengan tenang ia mengambil jaket tersebut, kemudian meletakkannya pada keranjang cucian. Setelah itu, ia berjalan menghampiri Rendi yang kini tertidur di kasurnya.

"Capek banget kayaknya," gumam Chandra sembari menyelimuti tubuh putranya itu.

Setelah mengusap lembut surai Rendi, ia pun keluar dan menuju ke kamar Yoga. Membuka pintu kayu dengan stiker macan kecil itu, kemudian masuk.

Membuat sang pemilik kamar yang masih terjaga itu menoleh.

"Ayah kira kamu udah tidur," ujarnya.

Yoga yang baru saja menutup bukunya itu hanya terdiam.

"Maaf ya," Chandra menatap anaknya yang sedang menunduk itu. "Maaf atas sikap nenekmu, dan..." Ia mengambil jeda sejenak. "Maaf juga karena ayah gak bisa berbuat apa-apa,"

Yoga mendongak, maniknya bertemu dengan manik tajam namun teduh milik sang ayah.

Tangan besar Chandra mengusap kepala sang putra dengan lembut. Seolah mengisyaratkan bahwa ia benar-benar menyayangi anaknya yang satu ini.

"Sampai sekarang, ayah masih berusaha agar kamu tetap bisa melanjutkan pendidikan. Jadi, jangan khawatir ya..." Chandra tersenyum tipis.

Yoga menggeleng pelan, membuat Chandra menurunkan tangannya.

"Nggak yah... Yoga gapapa kok, Yoga bisa berusaha sendiri,"

Kalimat yang dilontarkan oleh Yoga itu membuat hati Chandra tercubit sakit. Bagaimana bisa seorang ayah yang notabenenya mampu-ah, ralat! Sangat mampu membiayai anaknya, malah membiarkan anaknya kesulitan? Tentu saja Chandra tidak tega. Terlebih lagi ini Yoga, putranya yang jarang meminta, tidak pernah macam-macam dan rajin belajar.

"Yoga... Ingat ya, kamu itu anak ayah, dan selamanya akan begitu. Jadi, masalah pendidikan itu masih tanggung jawab ayah," Chandra menatap anaknya itu dengan tulus.

Yoga menggeleng lagi. Anak itu tersenyum, tapi bukan senyuman yang biasa ia tunjukkan. Senyum itu beda, Chandra bisa merasakannya.

"Aku memang anak ayah, tapi bukan cucunya nenek,"

Chandra terdiam. Matanya mulai memanas.

"Yoga bisa sendiri kok yah, ayah sama bunda gak usah khawatir"

Chandra mendongak, menahan tetesan bening yang siap terjun jika tidak dicegah.

Bagaimana bisa Yoga berkata seperti itu dengan tersenyum? Suaranya pun terasa halus didengar.

Yoga bangkit, membereskan buku-bukunya dan membuat meja belajarnya kembali rapi. Chandra hanya mengamati anaknya yang kini berdiri, tersenyum padanya.

"Ayah tidur aja, besok kan ayah kerja" ujarnya kemudian menunju ke kasur. Mengabaikan Chandra yang masih berdiri ditempat yang sama.

ೄYOGAྀ࿐Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang