-🐯"Jadi selama ini?"
Rendi mengangguk. "Gue kecewa Kal, Na, gue goblok banget" Rendi meremas rambutnya.
Pemuda keturunan Pradipta itu terus mengacak rambutnya frustasi. Sedangkan Nanda dan Haikal hanya mampu termenung.
Semenjak dari kepergian Niano tadi, Rendi terus marah-marah tidak jelas, hingga membuat pemuda itu berakhir menceritakan apa yang baru saja terjadi. Tidak, Rendi tidak salah. Wajar ia bersikap seperti tadi, pikir Nanda. Sedangkan Haikal kini terkejut betapa kejamnya nenek sang sahabat.
"Gue gak nyangka" Haikal angkat suara. "Akhir-akhir ini gue liat-liat, rumah lo agak kacau, Ren" lanjutnya.
Rendi mengangguk. "Gara-gara gue, kal... mereka kacau gara-gara gue," lirih pemuda Pradipta itu.
Nanda hanya terdiam. Pikirannya dipenuhi alasan apa yang membuat Niano berada pada posisinya sekarang. Ia kenal Niano tak hanya satu atau dua hari. Bahkan mereka sudah bersama sejak kecil.
"Udah lewat tengah malem, lo gak pulang?" Haikal kembali bersuara.
Rendi menggeleng. "Nggak, gue disini aja."
-🐯
Pagi-pagi sekali, Hayden sudah berada di depan gerbang rumah Yoga. Setelah kemarin mereka menghabiskan waktu dengan mendengar cerita Hayden, Yoga memberi kata-kata semangat untuk sang teman baik dan Hayden menerimanya. Membuat keduanya kini kembali berhubungan dengan baik.
Tak lama, Yoga keluar bersama Wendy, sang bunda. Hayden memperhatikan bagaimana Yoga mencium tangan sang bunda dan dibalas usapan lembut pada surainya oleh Wendy. Bunda Wendy yang lemah lembut pasti bangga dengan Yoga yang tumbuh pintar dan baik hati. Hayden berfikir, apakah ia juga akan mendapatkan kasih sayang seperti itu? atau malah-
"Hayden!"
Lamunannya buyar begitu Yoga menyapanya. "Eh, Yog. Udah?" tanyanya dan dibalas anggukan oleh Yoga.
"Udah, Yuk!" Yoga naik ke motor yang Hayden kendarai itu. "Maaf ya, bunda gak sempet nyapa kamu, bunda lagi gak enak badan." ujar Yoga.
Hayden mengangguk. "Gapapa," ujarnya.
Setelah Yoga memakai helm, Hayden segera melajukan motornya menjauhi kawasan rumah Yoga.
"Haikal!" sapa Yoga pada Haikal. Mereka berada di lampu merah sekarang.
"Hai, Yoga" Haikal tersenyum.
Tak lama, lampu kembali hijau membuat mereka saling melambai. Menuju ke arah sekolah masing-masing.
Setelah lima belas menit lamanya, Hayden dan Yoga pun sampai di sekolah. Keduanya berjalan menuju kelas bersama. "Kamu pasti bisa kok, Hayden!" ujar Yoga dengan senyum lebarnya, menyemangati Hayden pagi ini.
Tak ada balasan, Hayden hanya ikut tersenyum dan mengangguk. Membuat Yoga menepuk pundaknya dua kali. Ia tahu, jika Hayden ini masih ragu.
"WOY!!" teriakan Jivan menggema di koridor membuat mereka menoleh.
Tanpa aba-aba, Jivan langsung merangkul Hayden dan membuat Hayden sesak dengan tangan Jivan yang lebih seperti melilit lehernya. "Bagus ya lu! enak banget sekolah bareng Yoga! kemrin kemana aja lu, hah? ngilang udah kaya ditelan bumi, tau gak?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ೄYOGAྀ࿐
Fanfiction-------1 Tak hanya tentang Yoga, tapi juga tentang bagaimana orang menghadapi hidupnya. Kehidupan tanpa teka-teki akan terasa monoton. Hidup tanpa pertanyaan, tidak akan membuat kita ingin tahu. Makanya, semua yang terjadi itu perlu untuk dipertanya...