-🐯
"Makasih ya pak," ujar Yoga sembari tersenyum manis.
Pak supir ikut tersenyum. "Iya den,"
Yoga keluar mobil dengan senyuman yang masih tercetak diwajahnya. Tanpa Yoga sadari, wajah tampan dan senyumnya yang menawan itu menarik perhatian beberapa gadis yang melihatnya.
"Wassup bro," sapa pemuda yang menghampiri Yoga dari arah parkiran siswa, Jivan namanya.
"Yo! Telegram gan!" Bukan Yoga, tapi Ajun-temannya yang tiba-tiba sudah berada di samping Yoga.
Jivan menatap malas Ajun yang membalas sapaannya. Padahal kan Jivan nyapa Yoga, bukan Ajun.
"Eh, Jun... Tumben gak bawa motor?" Tanya Yoga.
Ajun menguap, kemudian menatap Jivan dengan malas. Jivan yang sadar maksud temannya itu hanya tersenyum canggung, memperlihatkan deretan giginya. Sedangkan Yoga menatap bingung keduanya.
"Em... Sebenernya... Motor Ajun-"
"Dibawa Jivan nabrak pager rumah pak RT" potong Ajun dan Jivan mengerucutkan bibirnya.
"Kok bisa?" Kaget Yoga.
"Bisa, soalnya ada kucing lewat tiba-tiba, jadinya gue oleng terus nabrak" jawab Jivan merasa bersalah.
Yoga menghela nafasnya. "Terus kenapa kalian gak berangkat bareng?"
"Dia gak mau gue ajak bareng," Jivan menatap Ajun. Mereka berdua itu satu komplek, bahkan rumahnya bersebelahan.
"Gue kan mau sekali-kali naik bis," ujar Ajun santai. "Yuk ke kelas!" Ajun tersenyum dan berjalan mendahului kedua temannya.
Ketiga pemuda tampan ini memang selalu bersama. Mereka pun ke kelas untuk meletakkan tas, kemudian menuju ke lapangan. Tentu kegiatan wajib hari Senin-upacara tak boleh dilewatkan.
"Huh...... Lama banget pidatonya!" Gerutu Rendi yang sudah tak tahan dengan panas yang sangat menyengat.
"Ngomong panjang lebar pun gue gak paham" ujar teman Rendi yang biasa dipanggil Nino.
"Eh, ntar gak jadi nongkrong ya" ujar Haikal tiba-tiba.
"Kenapa?" Rendi menatap tetangganya itu.
"Nana sakit, jadi kita jenguk Nana aja." Jelas Nino.
Rendi pun mengangguk mengerti.
-🐯
"Yoga pulang~" Teriak pemuda tinggi dengan senyum manisnya.
Wendy tersenyum dan menghampiri putranya.
"Sore bunda," suara itu membuat keduanya menoleh. Rendi juga sudah pulang rupanya.
"Sore anak-anak bunda," balas sang bunda dan kedua putranya itu mencium tangan bundanya secara bergantian, kemudian pamit ke kamar masing-masing.
Hati Wendy menghangat melihat kedua anaknya tumbuh dengan baik. Meskipun kadang ada perdebatan kecil, tetapi mereka tak pernah bertengkar soal masalah serius. Mereka saling menyayangi dan sangat peduli padanya. Wendy harap, kedua anaknya akan terus ada disampingnya seperti sekarang ini.
Terlalu lama melamun, ia sampai tak sadar kedua putranya itu menuruni anak tangga dengan pakaian yang rapi.
"Mau kemana?" Tanya Wendy.
Yoga tersenyum. "Mau jalan sama Rendi bun," ujarnya.
"Iya bun, Rendi mau ajak Yoga keluar" Rendi bersuara. "Lagian biar dia gak bosen di rumah terus,"
KAMU SEDANG MEMBACA
ೄYOGAྀ࿐
Fanfic-------1 Tak hanya tentang Yoga, tapi juga tentang bagaimana orang menghadapi hidupnya. Kehidupan tanpa teka-teki akan terasa monoton. Hidup tanpa pertanyaan, tidak akan membuat kita ingin tahu. Makanya, semua yang terjadi itu perlu untuk dipertanya...