ೄYOGAྀ࿐36

127 34 2
                                    

—🐯

Sudah tiga hari semenjak kejadian itu. Selama tiga hari itu pula, Yoga tak melihat Hayden. Selain itu, kedua orang tuanya jelas tampak tak akur. Yoga tahu, meskipun bunda  Wendy selalu tersenyum padanya setiap hari, namun senyum itu berbeda, Yoga dapat merasakannya.

Pemuda yang baru saja menyelesaikan harinya disekolah itu lebih memilih untuk menghabiskan sorenya di taman yan tak jauh dari sekolahnya. Duduk sendirian dibangku taman, dengan pikiran yang campur aduk.

"Yang bener aja!" suara dari kejauhan masuk kedalam pendengaran Yoga. "Untung tadi jatohnya gak keras!"

"Ya, maaf bang... kan gue baru belajar,"

Sahutan itu membuat Yoga sepenuhnya melihat kedua pemuda asing yang berada tak jauh darinya. Salah satu pemuda itu memarkirkan  motornya, kemudian tampak memperbaiki spion kirinya sambil mengomel. Sedangkan yang satu hanya tersenyum sambil mengusap tengkuknya sendiri.

Yoga tersenyum tipis. "Ren... kamu dimana?" gumamnya. Melihat kedua pemuda itu mengingatkannya akan Rendi yang juga pernah mengajarinya mengendarai sepeda motor.

Yoga sudah tidak pernah lagi melihat Rendi. Tentu saja ia sangat merindukan saudaranya itu. Yoga rindu bagaimana Rendi yang selalu meminta bantuannya untuk mengerjakan pr, atau mereka yang melukis bersama, bahkan Rendi yang tak segan tidur dikamar Yoga. Yoga merindukan semua hal itu.

Bahkan sekarang tak hanya Rendi, Hayden pun entah dimana.

Tak.

"Ngelamun sendirian itu gak baik"

Yoga menoleh, Arjuna datang dengan sekaleng cola yang ia letakkan diantara ia dan Yoga.

"Jun?"

Arjuna tersenyum. "Gue tau, lo lagi gak baik-baik aja. Keliatan, Yog!" ujarnya.

Yoga menunduk, meremat tangannya sendiri.

"Jivan lagi nyari Hayden,"

"Hayden?"

Arjuna mengangguk. "Iya, katanya tadi dia sempet liat Hayden di toko yang biasanya lo datengin  buat beli alat lukis."

Yoga tampak sangat tertarik terhadap topik ini. Membuat Arjunya tersenyum simpul. "Lo se'sayang' itu kah ke Hayden?" Arjuna menatap Yoga. "Sampe gara-gara Hayden yang gak ada kabar, lo juga diemin gue sama Jivan?"

Yoga membeku.

"Segitu senengnya lo punya temen baru, sampe lo jarang bareng gue sama Jivan?"

"Jun-"

Arjuna terkekeh pelan. "Iya, gue tau kok Yog!" Pemuda itu memberikan cola kaleng tadi pada Yoga. "Baru kali ini kan, lo punya temen se-effort Hayden?" Arjuna meneguk colanya. "Beda sama gue atau Jivan, yang cuma deket sama lo tapi jarang ngabisin waktu diluar sekolah bareng lo." Arjuna tersenyum menatap lurus kedepan.

"Jun, nggak gitu..." Yoga menunduk. " Aku- aku... aku gak tau..."

Arjuna menatapnya.

"Aku gak tau, kenapa aku kayak gitu" Yoga memegang erat kaleng ditangannya. "Maaf, kalo aku suka lupa kalian waktu lagi sama Hayden, soalnya..."

"Kenapa?" sahut Jivan yang baru datang.

"Soalnya... aku gak tau kenapa kalo sama Hayden aku ngerasa.... nggak tau gimana ngomongnya-"

"Udah, Yog, gue ngerti" Arjuna menatap Yoga. "Gimanapun juga, Hayden temen kita sekarang,"

"Sorry, gue kehilangan jejak Hayden tadi." ujar Jivan.

ೄYOGAྀ࿐Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang