ೄYOGAྀ࿐40

169 24 3
                                    

Hari senin nih, tak kasih yang cerah-cerah:v



—🐯

Suara pintu yang terbuka menyadarkan Wendy dari lamunannya. Ia terkejut begitu melihat Rendi, putranya itu pulang.

"Bunda..." Rendi mendekat, memeluk sang bunda.

"Rendi, anak bunda..." balas Wendy menerima pelukan Rendi dengan hangat.

Merasa sang bunda menitihkan air mata, perasaan bersalah Rendi makin besar dibuatnya. Kini ia hanya bisa memeluk bundanya sembari berusaha menenangkannya.

"Kamu lama banget gak pulang, bunda kangen Ren..." ujar Wendy disela tangisnya.

"Maafin Rendi, bunda..." Rendi mengusap punggung wanita kesayangannya ini.

"Nggak sayang... gapapa, yang penting sekarang kamu udah pulang,"

Rendi melepaskan pelukannya. Ia mengusap air mata bunda Wendy, kemudian menampilkan senyum cerahnya.

"Bunda yang tenang, ya... Rendi akan tetap disini, di rumah ini. Rendi akan kembali jadi anak bunda lagi, Rendi gak akan balik ke nenek, gak akan lagi!" ujarnya membuat Wendy kembali memeluk putranya itu.

Tak lama, perhatian mereka tertuju pada suara motor yang berhenti tepat didepan rumah mereka.

"Rendi..." Yoga menatap Rendi dengan terkejut.

Meski ingin menyapa saudaranya, pandangan Rendi justru tertuju pada Hayden, yang berdiri disamping Yoga. Tatapan tajam Hayden dibalas tatapan tajam Rendi juga. Benar kata teman-temannya, Yoga semakin dekat dengan Hayden, dan Rendi tak suka. Yoga itu saudaranya, tahu!

"Sore, tante" Hayden menyapa Wendy, meraih tangan wanita itu untuk ia cium punggung tangannya,

Wendy tersenyum. "Tumben agak sorean pulangnya,"

"Iya tante, kelas kita tadi belajar bareng buat persiapan ujian," jawab Hayden.

Tatapan Rendi semakin tajam. Ternyata tak hanya dekat dengan saudaranya, namun pemuda menyebalkan ini ternyata dekat juga dengan bundanya? wah... Rendi benar-benar tak terima.

"Oh.. begitu, ya"

"Saya pamit, tante" Hayden pamit pergi. Tak lupa dirinya menepuk pelan kepala Yoga dua kali, hobi barunya akhir-akhir ini, sih.

"Hati-hati" ujar Yoga dan dibalas acungan jempol oleh temannya itu.

Setelah kepergian Hayden, Yoga melangkah masuk. Sebenarnya ia sangat ingin sekedar menyapa Rendi. Namun, entah kenapa ia merasa takut pada saudaranya itu. Apalagi mereka sudah lama tidak bertemu, dan hubungan mereka sedang tidak baik-baik saja. Jadi, yang Yoga lakukan hanya berjalan menuju kamarnya dan melewati Rendi begitu saja.

"Kamu gak mau peluk Yoga juga? gak kangen?" Tanya Wendy.

Rendi menghela nafas. "Bun, kira-kira Yoga bakal maafin Rendi, gak?"

Wendy tersenyum. Tangannya terulur mengusap surai putranya. "Kamu kenal betul kan, seberapa baiknya Yoga?"

Benar. Apa yang buda katakan itu benar. Rendi kenal betul bagaimana sikap saudaranya itu. Betapa baiknya Yoga, Yoga yang bahkan bisa menerima apapun dengan lapang dada. Sungguh, Rendi tahu itu.

"Bun,..." Rendi menatap Wendy. "Yoga sama Hayden emang sedeket itu, ya?"

Mendengar hal itu, perasaan was-was Wendy kembali. Benar, anaknya begitu dekat dengan anaknya Saga. Oh... tidak boleh Wenandyra, tidak boleh bersikap tidak baik pada Hayden, meskipun Saga begitu jahat dimatanya.

"Bun?"

Wendy tersadar. "Ya, seperti yang kamu lihat" ujarnya. "Emang kenapa?"

Rendi menggeleg. "Gapapa, aku mau mandi dulu"

ೄYOGAྀ࿐Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang