—🐯
Mobil yang ditumpangi tiga orang ini terasa sepi. Tak ada percakapan apapun yang bisa membuat suasana didalamnya menjadi lebih santai. Hening, hanya ada suara dari lalu-lalangnya kendaraan lain di luar.
Si kepala keluarga yang berada di bangku kemudi itu menatap tajam kedepan. Sesekali ia mencengkram stir, guna menahan rasa marahnya. Sedangkan sang bunda duduk bersandar, menatap keluar jendela tanpa mau menoleh ke arah kemudi.
Dibangku belakang, ada Yoga yang hanya bisa diam setelah apa yang terjadi tadi.
Flashback.
Yoga tak menyangka jika orang yang ia hubungi adalah Jihan, penjaga perpustakaan di sekolahnya itu.
"Jihan?" Gumam Saga. Tapi dengan cepat perhatiannya teralih pada Chandra yang kini sedang menatap Wendy.
Wendy mengalihkan pandangannya. Membuat Chandra kini beradu pandang dengan Saga. Saga paham, ada yang sedang marah sekarang. Perlahan, ia mundur. Memberi jarak yang luang antara dirinya dengan Wendy.
"Maafin Yoga, Bu Jihan..." Anggap saja suara Yoga ini adalah penyelamat diantara dinginnya atmosfer ya g tercipta diantara orang-orang dewasa itu. "Saudaranya Bu Jihan harus dirawat karena Yoga,"
Jihan tersenyum teduh. Ia tidak bisa marah pada pemuda berhati lembut ini. Dengan halus ia mengusap pundak Yoga.
"Gapapa, kakak saya kuat kok... Yoga gak salah, semua udah takdir," ujarnya.
Yoga menunduk, masih merasa bersalah dengan apa yang terjadi. Sedangkan Wendy memalingkan wajahnya. Berbeda dengan Saga yang malah mengagumi sikap anak muda tersebut, Chandra justru menatap datar interaksi anaknya dengan perempuan yang dulu pernah dekat dengannya itu.
"Permisi..." Saga memecah percakapan antara Yoga dan Jihan. "Udah malam, Yoga besok juga harus sekolah. Apa gak sebaiknya Yoga pulang dulu?" Ujarnya.
Chandra melirik Saga, sementara Wendy menatap Yoga dan mengangguk setuju.
Jihan menatap sekitar. Benar, besok masih ada hari yang harus pemuda didepannya ini jalani sebagai murid sekolah menengah atas. Ia pun tersenyum, mengangguk pada Saga, lalu mengusap rambut Yoga.
"Yoga pulang aja ya, gak usah khawatir, kakaknya bu Jihan pasti baik-baik aja kok..." wanita berambut hitam panjang itu tersenyum lembut.
"Ayo pulang."
Suara Chandra yang tampak seperti perintah itu membuat Yoga mau tak mau mengangguk. Ia berpamitan pada Jihan dan Saga, lalu mendekat ke ayah dan bundanya.
"Sagara," Chandra menatap Saga. "Saya harap anda tidak perlu ikut campur dengan urusan orang lain, terlebih dengan wanita yang sudah bersuami," ujarnya kemudian menarik Wendy dan Yoga dari sana.
Flashback off.
"Kamu mandi dulu ya, bunda mau masak. Nanti kalau udah selesai turun aja, kita makan bareng," wanita itu mengusap bahu anaknya.
"Iya bun, Yoga keatas dulu," balas si anak.
Setelah Yoga tak terlihat lagi, kini Wendy menuju dapur tanpa menoleh pada Chandra yang sedari tadi menatapnya.
Merasa diabaikan, Chandra pun memilih untuk memasuki kamar dengan perasaan marah. Ia masuk ke kamar mandi, berendam dengan air dingin sembari berusaha meredakan rasa marahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ೄYOGAྀ࿐
Fanfiction-------1 Tak hanya tentang Yoga, tapi juga tentang bagaimana orang menghadapi hidupnya. Kehidupan tanpa teka-teki akan terasa monoton. Hidup tanpa pertanyaan, tidak akan membuat kita ingin tahu. Makanya, semua yang terjadi itu perlu untuk dipertanya...