Sembilan belas

132 15 5
                                    

Yeorin

Aku bisa mendengar suara mendengung. Untuk sesaat, ku pikir aku kembali ke penjara, mendengar dengungan pagi yang datang tepat sebelum pintu sel-ku terbuka, memberiku kebebasan sesaat itu. Dengungan berhenti, tetapi klik tidak pernah datang.

Kemudian aku merasakan tubuh yang hangat dan keras itu menempel di punggungku.

Jimin.

Kenangan semalam membanjiri pikiranku.

Kami berhubungan seks. Banyak seks. Tak terpuaskan, gila, seks panas sampai kami pingsan di pelukan satu sama lain.

Dan, sekarang, aku di sini dengan dadanya menempel di punggungku. Kakinya bertautan dengan kakiku. Lengannya melingkar di pinggangku. Tangannya dengan posesif menekan perutku.

Senyum mengangkat bibirku. Kebahagiaan yang tidak pernah ku duga akan pernah ku rasakan menyebar melalui diriku.

Kemudian, aku mendengar dengungan lagi.

Apa itu?

Dengan enggan, aku bergerak, berbalik dalam pelukan Jimin, membangunkannya pelan. Dia mengeluarkan erangan mengantuk saat dia berguling telentang, menarik lengannya dariku.

Aku melihat ponselnya berkedip dan bergetar di nakas. Aku mengintip sedikit lebih jauh untuk melihat siapa yang menelepon.

Layarnya tertulis, Gerbang.

Gerbang?

Perlu beberapa detik bagiku untuk menyadari bahwa itu bukan seseorang yang bernama Gerbang, tetapi sebenarnya seseorang yang mendengung di gerbang utama rumah.

Sial.

Alih-alih membangunkannya, aku memutuskan untuk menjawab panggilan itu. Aku meraih dan mengusap teleponnya.

Menekan Terima, aku berkata, "Halo?"

"Yeorin, itu kau ya? Ini petugas Baek. Aku di sini untuk janji kita."

Petugas Baek? Janji temu!

Astaga!

Dia menjadwal ulang janji temu kami minggu lalu karena dia tidak bisa menghadiri hari biasa kami.

Petugas percobaanku di sini. Dan aku telanjang dan di tempat tidur dengan Jimin.

Aku akan tamat.

"Ya." Kata yang keluar terdengar seperti tercekik. "Aku akan mengijinkanmu. Maksudku, sebentar! Beri aku waktu sebentar." Aku menutup telepon.

"Jim!" Aku mengguncangnya.

Matanya terbuka, terkejut dan terjaga. "Ap-"

"Petugas Baek ada di sini untuk janji temu."

Dia berkedip cepat, seolah mencoba memproses informasi ini. Aku mencoba untuk tidak terjebak pada betapa menggemaskannya dia saat ini dengan rambutnya yang acak-acakan dan kerutan kebingungan yang lucu di alisnya.

Aku entah bagaimana tidak berpikir Jimin akan senang disebut menggemaskan.

"Petugas masa percobaanku," kataku untuk mempercepat proses meskipun dia tahu siapa petugas Baek.

"Kupikir dia datang-"

"Dia melakukannya," potongku. "Tapi dia mengubah hari, dan aku lupa! Sialan! Kita telanjang, dan dia ada di luar sana."

Mata Jimin tertuju pada pintu kamar tidurnya yang tertutup, seolah-olah dia mengharapkan petugas Baek menunggu di sisi lain.

"Di luar gerbang utama," aku menjelaskan.

UNSUITABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang