Ꮯhᥲρtꫀɾ 12 || Nikah?

392 15 0
                                    

...

"Gak ada salahnya di coba dulu, kalo emang gak bisa di lanjutin, yaudah."

...

***

"Apa?! Nikah oma?" Nayda berdiri dari duduknya.

Radha mengangguk.

Nayda terkekeh tak percaya.

"Oma bercanda?"

Radha menarik tangan cucunya, memintanya agar kembali duduk.

Nayda menurut.

"Nggak sekarang sayang. Kamu bisa mikirin baik-baik dulu, sebelum lulus SMA."

"Jadi maksud Oma, habis lulus SMA aku langsung nikah gitu?"

"Oma, ini bener bener gak realistis. Gimana sama cita-cita aku? Dan gimana sama semua rencana dan planning buat nge-handle perusahaan Papa?"

"Justru kalo kamu punya partner, kamu akan lebih mudah mengendalikan perusahaan-perusahaan yang besar, sayang."

"Tapi kenapa harus nikah?"

Wajah Nayda kini terlihat frustasi.

"Oke. Aku bakal terima dia jadi partner kerja aku, tapi bukan jadi suami aku, Oma..."

"Rencana pernikahan ini gak buru-buru Nayda, kalian bisa kenalan dulu, temenan, terus kalo kalian udah siap baru nikah."

"Kalo kalian gak setuju juga gak apa-apa, Oma gak akan maksa. Tapi, Oma akan sangat senang kalo kalian bisa jadi keluarga."

"Yaudah, kalo gitu aku gak setuju." Sahut Nayda sekenanya.

"Jalanin dulu Nayda," pinta Omanya sedikit memaksa.

"Lagian Oma juga udah tua, kalo Oma udah gak ada, siapa yang akan jagain kamu?" lanjut Radha.

"Oma gak boleh ngomong gitu," Nada bicara kini Nayda merendah.

"Reyhan adalah laki-laki yang baik, Oma bisa percayakan kamu sepenuhnya sama dia."

"Mamanya adalah sahabat Mama kamu dulu, mereka udah kayak saudara."

Nayda memijit pelipisnya frustasi.

"Gak ada salahnya di coba dulu, kalo emang gak bisa di lanjutin, yaudah."

Nayda menghela napas pasrah.

"Oke. Aku bakal coba, demi Oma." ucap Nayda akhirnya. Toh, jika dia memaksa pun Radha akan tetap bersikeras.

Radha tersenyum senang, wanita itu menarik Nayda ke dalam pelukan hangatnya.

"Cucu Oma sayang, Oma hanya menginginkan yang terbaik untuk hidup kamu kedepannya, gak lebih dari itu."

****

"Jadi maksud Mama, aku harus nikahin dia buat balas budi sama neneknya?"

"Reyhan, maksud Mama bukan gitu. Dia itu gadis yang baik, kamu gak akan nyesel kalo nikah sama dia" Rani mencoba menjelaskan.

"Dia udah gak punya siapa-siapa lagi Han," lanjut Rani lirih.

"Jadi, aku harus nikahin dia karena kasihan?"

"Reyhan!" bentak Rani karena ucapan putranya sudah mulai keterlaluan.

Reyhan memijit pangkal hidungnya frustasi. Ada rasa bersalah yang kini melingkupi hatinya.

"Dia udah setuju?"

Cowok beriris mata gelap itu kini menatap Rani degan serius menunggu jawaban dari sang Ibu.

REYHANAYDA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang