Ꮯhᥲρtꫀɾ 5 || Kenangan

561 112 35
                                    

...

Aku pernah jatuh cinta, sangat dalam, saking dalamnya hingga saat ini aku tak pernah bisa mencintai seseorang selain Dia.

~Veroo

*****

Happy Reading!

Tidak ada perpisahan yang lebih menyakitkan selain kematian.

Kematian adalah perpisahan untuk selamanya, tak seharusnya kita menyalahkan takdir atas semua yang telah terjadi, karena kematian seseorang sudah di tentukan oleh sang Maha Pencipta jauh sebelum kita di lahirkan ke dunia.

Satu satunya yang hal bisa kita lakukan hanyalah mencoba mengikhlaskan. Meski siapapun pasti tahu betapa sulit dan sakitnya mengikhlaskan sesuatu yang sudah pergi dan tak akan pernah bisa kembali lagi.

Begitu juga dengan seorang gadis kecil yang berusia sembilan tahun ini. Tangis pilunya mampu menyayat hati siapa saja yang mendengarnya.

Bagaimana tidak? gadis belia ini harus kehilangan sosok pahlawan di hidupnya, bahkan di usianya yang masih terbilang sangat muda.

Rintik hujan menjadi saksi seberapa besarnya rasa kehilangannya terhadap sang ayah.

Satu persatu orang yang hadir di pemakaman ayahnya mulai meninggalkan TPU, menyisakan gadis kecil yang masih betah duduk menangis di samping makam mendiang ayahnya.

"Udah Non, kita pulang ya" bujuk Bi Ati dengan memegang payung yang menaungi mereka.

"Nanti hujannya makin deras Non,"

Bi Ati terus berusaha membujuk majikannya, namun semua usahanya sia sia saja. Nyatanya gadis kecil itu masih setia menangisi kepergian sang ayah.

"Kenapa Papah ninggalin aku?" tanya gadis kecil itu lirih di sela sela tangisnya.

Bi Ati menunduk sedih.

Tak jauh dari mereka, seorang wanita baru saja datang bersama putranya yang mungkin seusia Nayda.

Mereka mengenakan pakaian hitam dengan membawa payung masing-masing di tangan mereka.

Wanita yang mengenakan kerudung hitam itu menatap sendu ke arah Nayda. Kemudian beralih menatap Mira yang juga menangis di depan makam mendiang suaminya.

Dia menghela napas gusar.

"Ma, siapa yang meninggal?" tanya anak laki-lakinya polos.

Tatapan wanita itu kini beralih ke wajah putranya.

"Kerabat kita, anaknya Oma Radha, kamu ingat?"

Anak laki-laki itu mengangguk. Dia cukup mengingat Oma Radha. Karena sang ibu sering menceritakan tentangnya.

"Dimana Oma Radha, Ma?" anak lelaki itu mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Sang Nenek.

Wanita itu sedikit menunduk.

"Oma Radha di rumah sakit sayang, dia gak ada di sini"

REYHANAYDA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang