Hai, selamat membacaa, semoga sukaa Aamiin <3
Vote dulu borkuuuu
1. SURAT CINTA UNTUK X MIPA 1
Pertemuan yang kebetulan adalah seleksi paling jujur dari semesta untuk saling mengenal dan jatuh cinta.
**
Hari senin dan matimatika. Eh, salah, hari senin dan matematika. Hari dan mata pelajaran paling dihindari oleh hampir seluruh siswa. Tapi jadwal menyebalkan ini sekarang jatuh pada kelas X MIPA 2, yang baru saja mereka selesai dengan kewajiban upacara bendera setiap hari senin, tanpa spasi kemudian langsung diberi suguhan matematikan pada jam pertama.
"Bara, 8 kali 7 berapa?" tanya Bu Dira—Guru peminatan Matematika paling kejam di sekolah ini.
Bara Bintang Tenggara, laki-laki yang sejak tadi sibuk bermain game di tempatnya itu mengangkat wajahnya kaget. Bukan main, setiba-tiba petir ia langsung diajukan perkalian yang merupakan kelemahannya sejak kecil.
"8 kali 7 berapa?" suara Bu Dira mulai meninggi. Suasana kelas X MIPA 2, tiba-tiba dingin, sesak, dan menegangkan.
"8 kali 7...." Bara berfikir cepat, tapi sialnya, kepalanya tidak bisa bekerja. Padahal semalam ia menghapal ulang perkalian tersebut karena tahu bahwa besok ada mata pelajaran matematika.
"Berapa?" tanya Bu Dira, masih dengan nada yang sama.
Mata teman duduk Bara bergerak, memberi kode untuk menjawab perkalian tersebut. Melalui pergerakan tangannya, Angkasa memodelkan angka 57 dengan cepat.
Tapi, gobloknya, Bara tidak memahami arahan tangan Angkasa. Yang kemudian dengan pedenya, ia menjawab, "75, Bu."
Menunggu detik yang terlewati, Bu Dira kemudian menghempaskan penggaris kayunya di meja depan. "MAJU KE DEPAN!"
Angkasa yang merupakan sebangku Bara, juga sebagai teman seperkumpulannya bermonolog kecil, "Goblok lo, Bar!"
Bara meninggalkan tempatnya dengan hati was-was. Matilah ia disantap matematika pagi ini
Satu jeweran mendarat ditelinga dengan mantap dan ngilu. Bara meringis, takut juga jika mengeluarkan suara. "Kamu pikir Ibu nggak tahu kalau kamu main game saat Ibu menjelaskan hah?"
"Mau jadi apa kamu itu, perkalian yang anak SD pun sudah hapal, masih nggak bisa buat kamu," omel Bu Dira.
Sebenarnya Bara tidak sebodoh itu, ia tahu bahwa 56 adalah jawabannya, tapi tadi ia terlalu kaget. Makanya berucap asal.
"Maaf, Bu," ucap Bara.
"Ambil kalkulator ilmiahnya, dan kerjakan soal nomor 3 di papan tulis sekarang," suruh Bu Dira.
Bu Dira kemudian menatap seisi ruangan, "Semuanya juga, naikkan kalkulator ilmiahnya, dan kerja soal nomor 3 di buku masing-masing tanpa melakukan diskusi. Dan, yang tidak membawa kalkulator, silahkan angkat kaki dari kelas ini."
Baru saja Bara akan melangkah mengambil kalkulator ilmiahnya, ia baru tersadar kalau ternyata lupa memasukkan benda itu ke dalam tasnya. Mampus!
"Bergerak cepat," titah Bu Dira pada Bara. "Ibu nggak mau seisi kelas rugi cuman gara-gara kamu yang lelet."
"Bu, saya lupa membawa kalkulator," ujar Bara, sangat hati-hati.
"Waw," respond Bu Dira. "Kalau gitu silahkan keluar dari sini, apapun dan bagaimanapun caranya, kamu baru bisa kembali masuk, kalau ada alat hitung itu yang kamu bawa!"