Selamat membaca, semogaa sukaa Aamiin.
Vote itu gratis, jadiiii silahkan vote ya💘
15. SUATU HARI PADA PERAYAAN MAKAN MALAM
Cinta, jangan habis, ya?
***
Sore hari.
Kediaman keluarga yang kabarnya selalu harmonis itu sedang ramai. Ada beberapa mobil yang berjejeran di pelatarannya. Sanak saudara dekat mengambil ruang di bangunan dua lantai yang besar itu, meluangkan akhir pekannya disini.
Bara yang baru saja tiba, bergegas dengan cepat ke dalam.
"Anak tunggal kamu nanti, mau kamu jadikan apa? Pebisnis ulung seperti mu pasti sudah punya planning," tanya Sahaja, kakak laki-laki dari Mami Bara.
Papi Bara tersenyum, "Haha, jujur, saya belum ada pikiran apapun tentang anak itu, biar saja dia tumbuh, berkembang, berproses, mencari arah, menemukan dirinya dalam versi terbaik," jelas Papi Bara, bijak. "Karena sangat berat, Ja. Hidup diatas tekanan, dan kemauan orang lain."
Obrolan yang melibatkan Papinya itu, cukup membuat Bara tersenyum ketika mendengarnya. Sedari kecil memang, ia tidak diberi aturan yang membebani, tapi tak pernah kekurangan untuk mendapatkan cinta paling baik dari sang orang tua dengan begitu romantis.
Beranjak melangkah ke arah dapur, Bara mendengar juga obrolan Maminya dengan Tante Rumi. Mungkin kurang lebihnya seperti ini. "Dik, supnya nggak usah kepedesan banget, ya. Keponakanmu itu nggak suka makanan yang pedes-pedes," peringat Mami Bara.
"Togenya dikit aja,"
"Sawinya banyakin, ya, dik," informasi Mami Bara dengan detail.
"Oh, oke, Mbak." Tante Rumi kemudian menakar sesuai dengan arahan Mami Bara dengan teliti. Botol saus sudah ia jauhkan, takut nanti keteteran. Sembari mengerjakannya, Tante Rumi melirik Mami Bara, "Kalau itu, Mbak, buat apa?"
"Oh, ini, ayam goreng lengkuas. Bara sejak kemarin minta ini, capek-capek dia tuh sekolah, makanannya harus dijaga dengan baik," ucap Mami Bara dengan senyum khasnya.
Hati Bara yang mendengar obrolan itu menghangat. Selalu dituruti segala ingin, diperlakukan dengan sangat istimewa, adalah satu cinta besar yang semua anak inginkan. Dunia sudah sangat indah, dan Tuhan memang baik.
"Udah kelas Berapa emang si Bara, Mbak?" tanya Tante Rumi.
"Udah mau naik kelas 11 SMA, dua bulan lagi semesteran," jawab Mami Bara.
"Wah, pasti udah ganteng dia," ucap Tante Rumi.
"Iya dong, siapa dulu Maminya," kata Mami Bara, riang membanggakan dirinya. Dulu, saat SMA, dia primadona sekolah, alumni SMANDA juga. Banyak ajang-ajang besar yang ia ikuti, sampai pramuka sekalipun. Ratu sertifikat, begitu julukannya dulu saking banyaknya prestasi yang ia rebut, kemudian berhasil lulus jalur prestasi di fakultas kedokteran, dan menjadi Dokter seperti saat ini.
Tidak ingin hanya menjadi seorang pendengar, Bara kemudian melangkah bergabung dengan mereka. "Sore, Mami. Sore, Tante."
"Sore, sayang. Eh, panjang umur, baru juga dibicarain," ujar Mami Bara. Tante Rumi lalu berbalik menatap keponakannya itu dengan pandangan yang tidak biasa, pasalnya terakhir ia bertemu dengan Bara saat laki-laki itu masih SMP. "Wah, udah besar, ya, Bara."
"Oiya dong, Tante," Bara bergerak menyalami tangan Tantenya itu. "Kan manusia tumbuh dan berkembang."
"Udah punya pacar belum nih?" tanya Tante Rumi, bercanda.
![](https://img.wattpad.com/cover/306999165-288-k199770.jpg)