16. HUJAN DI AWAL DESEMBER

101K 8.2K 3.4K
                                    

Selamat membaca, semogaa sukaa Aamiin.

Vote itu gratis, jadiiii silahkan vote ya💘

16. HUJAN DI AWAL DESEMBER

Mari hidup tanpa berfikir bahwa 'selamanya' itu tidak ada. Karena kita akan abadi, kita akan hidup lebih lama dari perjanjian masa. Percayalah, Nona. Aku sayang kamu.

***

Seperti menurut tata hujan yang telah diyakini, Desember adalah salah satu bulan yang sering dikunjungi oleh hujan setiap minggunya. Rintiknya seolah tidak bosan menyapa manusia yang berada di bumi, memberitahu, bahwa kini gilirannya untuk datang dengan sering sekarang.

Bara menepikan motor besarnya di salah satu halte di tengah-tengah kota. Sangat tidak mungkin ia melajukan motornya di kondisi deras seperti ini.

"Ya, hujan, Sal," kata Bara.

Keduanya sama-sama memposisikan badan di tempat yang aman, membiarkan hujan turun dengan bebasnya. Posisi keduanya tidak rapat, namun juga tidak berjauhan. 

"Ini hujan ke 47, Sal," ungkap Bara.

Salsa terlihat menaikkan alisnya, ungkapan tanya yang sedang tersirat.

"Sudah 47 kali hujan turun selama gue jatuh cinta sama lo," jelas Bara.

Salsa tertawa kecil mendengar penjelasan laki-laki itu. Ada-ada saja rumus pembahasannya. Bara dengan segala hal sederhana yang mungkin kadang dilewatkan oleh orang-orang, tapi ia jadi yang paling utama. Contohnya menghitung hujan, beberapa orang tidak peduli karena dunia menyibukkannya dengan banyak hal.

"Detail banget," ucap Salsa.

"Harus, Sal. Lo kan tahu kalau 24 jam yang terlewati nggak akan tergantikan dengan 24 jam apapun di hari kedepannya. Jadi, karena gue nggak mau jadi manusia yang menyia-nyikan, gue kadang meluangkan waktu untuk ingat hal sederhana selama ada lo."

Salsa terlihat mengangguk, kemudian tersenyum. Bara, lo berguru dimana soal menyatakan rasa seperti ini hah? gulapun iri karena kalah manis.

"Salsa Dhara Adisti adalah cerita tentang semua yang menyenangkan di bumi," sebut Bara. "Nggak sama lo aja gue sudah senang. Gimana sekarang, Sal? senang banget."

"Hahaha, Bara tukang gombal!" wajah merah Salsa tergambar dengan jelas. Bara adalah cerita tentang senang pertama kali di hidupnya. Dan laki-laki itu mengendalikannya dengan hebat.

"Tapi, serius, gue memang sesenang itu," Bara menatap mata Salsa, "Bukan cuman karena rasanya diterima, tapi karena lo natap gue dengan baik, Sal. Lo menghargai banyak diri gue."

Bara tahu, dirinya adalah manusia yang banyak kekurangan, banyak sekali. Ia jauh berbeda dengan Salsa. Tapi, Salsa tidak pernah sekalipun memberi perlakuan buruknya, Salsa tidak penah menujukkan gestur ketidaksukaannya, Salsa selalu jadi manusia yang memanusiakan, yang ramah, yang baik terhadap siapapun.

Salsa tersenyum. "Malam ini syairnya indah, Tuan. Gue suka, jangan lupa untuk terus jadi Bara Bintang Tenggara yang seperti ini, ya?"

"Siap, Nona,"  balas Bara cepat.

Hujan pukul 9 malam saat itu semakin deras, rintiknya menggila, tidak memberi sekat untuk teduh sebentar. Sama dengan kedua jantung mereka yang terlibat obrolan indah di halte, menggila, terbang kemana-kemana.

***

"Dulu, Salsa lahir pas hujannya sederas ini, Na," kata Mama Salsa, berbicara pada Nona yang ada disebelahnya. Selesai acara training birthday cake, Mama Salsa kemudian ke rumah sakit untuk menjalankan jadwal Dialysis. Jadwal rutin, yang merupakan usaha paling menyakitkan agar ia bisa bertahan lama di Bumi. 

DIA BARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang