23. WARNA HITAM DARI HIDUP

77K 7K 3.7K
                                    

VOTE DULUU YUKKSS, JANGAN SIDER YAAA :(

RAMAIKAN KOMENT KALIAN <3

Bacanya pelan-pelan sajaa. Oiya, kamu bisaa pakai lagu Night Changes - One direction untuk babb iniii. Atau lagu apa saja pilihan kalian.

Selamat membacaaa, semoga sukaa, Aamiin.

23. WARNA HITAM DARI HIDUP

Mari untuk terus hidup.

****

Bandung, 19 Desember 2019

Rintik gerimis mulai menyentuh bumi disekitar pukul delapan malam lewat empat puluh menit. Entah berapa lama air itu akan mengusaikan perjumpaannya, namun jika diamati, ternyata rintiknya semakin deras hingga jadi sebuah lebat yang mengurung siapapun untuk berteduh.

Seorang perempuan berdiri cemas di kamarnya. Kamar yang ia baru tempati sejak 3 hari yang lalu. Isinya lengkap, semua barang dan kebutuhan Salsa terpenuhi. Dan warna biru yang jadi latar kamar ini pun adalah selera Salsa.

Ayahnya belum pulang. Padahal janjinya pulang sebelum jam 8

Mamanya juga belum berkabar, belum ada tanda-tanda apapun perihal wanita itu. Entah ada apa dan bagaimana ia sekarang di Jakarta.

Laki-laki bernama Bara juga, tiba-tiba hilang dalam obrolan chat, tanpa satu katapun yang ia gunakan untuk menyelesaikan obrolan.

"Udah dong, ayo, tenang...," kata Salsa pada dirinya sendiri.

Bergerak dari posisinya, mata Salsa tertuju pada album mini yang ada di atas meja. Kemarin ia juga melihatnya, namun, tidak sempat disentuh karena terlalu asyik mengobrol dengan Mamanya lewat telfon. Diraihnya album mini itu, lalu dibukanya dengan pelan.

Putri kecil Ayah satu-satunya, aku di sini, di bumi Pasundan yang sedang hujan, mengucapkan selamat hari Salsa sedunia... Maaf karena tidak bisa menjadi sosok Ayah yang sebenar-benarnya Ayah. Salam cinta, salam kengen.

-Bandung, 2018

Lalu tertera sebuah foto Salsa memakai seragam TK yang tercetak besar.

"Ih, kok Ayah sosweet banget kalimatnya, padahal yang dia kirim kemarin hanya ucapan happy birthday doang, gila, ternyata banyak sayang yang memang cukup diakui sendirian, ya."

Sontak pipi Salsa merah, ada bahagia yang tidak sederhana yang menembus jantungnya.

Beberapa foto kecil di album itu muncul, menarik sudut bibir Salsa yang sejak tadi tertarik membentuk sebuah senyum. Sejak ia pertama kali ada di bumi, dan foto saat ia memakai seragam SMA, semua lengkap di album ini. Dan satu kalimat lagi menarik perhatian Salsa.

Halo, Jakarta! Banda Aceh! Medan! Padang! Pekan baru! Jambi! Palembang! Bengkulu! Bandar lampung! Pangkal Pinang! Tanjung Pinang! Bandung! Semarang! Yogyakarta! Surabaya! Serang! Denpasar! Mataram! Kupang! Pontianak! Palangka Raya! Banjar baru! Samarinda! Tanjung selor! Manado! Palu! Makassar! Kendari! Gorontalo!  Mamuju! Ambon! Sofifi! Jayapura! Manokwari! Putri kecil saya sudah lahir di Bumi dengan keadaan yang sehat tanpa kekurangan apapun. Ia sekarang sedang bersama Dokter. Tuhan, syukur. Selamat jadi Ayah untuk diriku.

"Ayah...." kata Salsa membaca kalimat itu.

Ia kemudian memotret bagian kalimat yang ada di album mini itu. Ingin ia jadikan SG, kalau Ayahnya adalah Ayah yang bangga punya dia.

Merasa perasaannya agak membaik, Salsa berinisiatif, ke Dapur, untuk membuat bubur Ayam kesukaan Ayahnya. Meski tidak begitu pintar mengolahnya, namun Salsa masih cukup paham dengan resep Mamanya yang selalu ia amati.

DIA BARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang