Need Time

16.3K 298 0
                                    

Sekedar pemberitahuan saja, cerita ini gak bakal aku bukukan, pdfkan, atau pindah ke apk lain. Jadi bakal standby di wattpad:))

Suara bising dari motor-motor itu bergemuruh membelah jalanan ibukota, sesekali mereka melihat ke belakang pada mobil dengan sirine polisi yang memekakkan telinga.

"Woy! Mencar!" Teriak seorang pria dengan helm full face juga jaket hitam yang melekat di tubuhnya.

"Oke! Kita mencar di perempatan depan!" Sahut temannya yang lain.

2 kilometer dari arahan tadi ckiiiittt pria yang menginterupsi tadi membelokkan motornya di tikungan tajam hingga ia tak bisa mengendalikan motornya dan....

Aaaaa

Seseorang didepannya menyilangkan tangannya, beberapa centi lagi motornya nyaris menubruk tubuhnya namun beruntung sang pengendara bisa membanting setangnya namun kini justru dia yang jatuh ikut terseret dengan motornya, hingga terlihat bekas ban di aspal yang tampak cukup dalam.

"Fuck" Umpat laki-laki itu seraya berusaha melepaskan kakinya yang tertindih badan motor, dia bukan pria cengeng tapi sungguh motor yang menimpa kakinya begitu sakit.

Kemudian samar-samar melihat seorang gadis yang nyaris dia tabrak tadi berlari menghampirinya, gadis dengan baju sederhana dipadukan dengan celana jins panjang, lalu tas selempang dan rambutnya yang dikucir satu.

"Kau baik-baik saja?" Tanyanya.

Sial pertanyaan macam apa itu, bahkan bayi pun tahu bahwa keadaannya sedang tidak baik-baik saja. Apakah gadis ini tidak memiliki otak?

"Ck, aku sangat baik bahkan tengah menikmati kakiku yang tengah remuk tertindih!" Jawab Arsa dengan sarkas. Iya laki-laki itulah yang di sebut Arsa.

"Oh astaga, maaf aku lupa" Ucapnya yang menurut Arsa konyol.

"Sebentar aku bantu angkat motor ini, heeeeuupp huh, a-ayo Lin ka-mu pa-sti b-isa" Racau gadis itu berusaha mengangkat motor yang menimpa Arsa.

Oh astaga, bahkan motor itu tak bergerak sedikitpun, membuat Arsa geram melihat kekonyolan gadis itu juga kakinya yang semakin sakit.

"Hey! Sampai keluar keringat darah pun kau tidak akan bisa menggeser motor ini, bahkan bergerak pun tidak!" Ucap Arsa yang tengah duduk bertumpu dengan tangannya.

Terlihat dengusan dari gadis itu "Hey! Setidaknya aku sudah berusaha membantumu, meski kau tadi hampir saja menabrakku!" Ucapannya setengah teriak.

Aish apalagi ini, kenapa dia malah ngomel membuat Arsa semakin jengah "Jika kau berniat menolongku, carilah bantuan dari orang lain, tidakkah kau tahu kakiku mungkin sudah remuk!"

Gadis itu mengerjap "Oh iya bener, oke bentar aku cari bantuan dulu" Dia berlari entah kemana, mencari bantuan katanya. Entahlah, Arsa hanya berharap gadis itu bukan hanya membual dan benar-benar membawa orang untuk membantunya, Arsa juga sembari berusaha mengangkat dan menggeser motor itu tapi entah kenapa tenaganya seakan lenyap ditambah dengan kakinya yang semakin sakit. Apakah kakinya benar-benar remuk?. Oh dia baru ingat kalau ucapan adalah doa. Lah jadi beneran remuk dong. Astaga.

Beberapa saat kemudian gadis itu kembali, terdengar dia bicara "Disitu pak, teman saya kakinya tertimpa motor"

Arsa menoleh dan fuck fuck fuck sial kenapa gadis itu malah membawa polisi yang mengejarnya tadi, astaga. Arsa mengusap wajahnya gusar. Tadi dia mati-matian menghindari polisi sampai dia berakhir jatuh tertimpa motor seperti ini. Dan lihatlah gadis itu, dia malah membawa polisi itu padanya.

Terlihat dua polisi itu terkekeh dan tertawa saat sudah di hadapan Arsa sembari membantu membangunkan motor Arsa dan membantunya berdiri.

Arsa melirik memberikan tatapan tajam pada gadis itu, membuat dia mengerut takut.

🥀

Dan disinilah kini Arsa berada Kantor Polisi beserta gadis itu yang juga turut di bawa. Arsa sejak tadi hanya memejamkan mata kesal. Kaki sakit berurusan dengan polisi pula.

"Jadi tadi dia nyaris menabrak mu?" Tanya salah satu petugas polisi pada gadis itu.

Dia mengangguk "I-iya, tapi s-saya tidak papa pak, sebaiknya bawa saja dia ke rumah sakit, sepertinya kakinya terluka" Gadis itu meringis menatap kaki Arsa.

Cih, sok peduli. Setelah membuatnya dibawa polisi, dan sekarang gadis itu belagak peduli pada keadaannya. Sungguh menyebalkan.

"Nona, apa kau tahu, orang yang kau khawatirkan ini, yang hampir menabrakmu, adalah pembalap liar? Dan pengemudi ugal-ugalan yang membahayakan pengendara lain" Terang petugas itu.

Gadis itu mengerjap "Tapi pak tetap saja dia juga butuh penanganan medis"

Arsa menoleh pada gadis di sampingnya "Tidak usah belagak peduli, kau sudah membuatku kena masalah dengan membawa polisi itu tadi" Desis Arsa di telinga gadis itu dengan pelan dan tajam.

"Jadi siapa yang akan bertanggung jawab atas tindakanmu?" Tanya petugas.

"Tidak ada" Sahut Arsa datar tanpa menoleh pada sang petugas.

"Kau ini bagaimana, berikan nomor keluargamu biar kami menghubungi mereka dan menindaklanjuti tindakanmu" Geram petugas itu.

"Sudah kubilang tidak ada! Jika ingin menjebloskanku ke jeruji percepatlah, aku pegal duduk disini mendengar ocehanmu" Ucap Arsa tanpa rasa takut sama sekali, dia sudah berkali-kali duduk di kursi itu jadi sudah biasa diinterogasi seperti ini dan ujung-ujungnya juga dia dibebaskan dengan uang keluarganya tentunya. Dan sekarang Arsa tidak mau keluarganya tahu, terlebih nanti ia akan mendapat omelan lebih dari mereka.

"Kau ini! Kurang ngajar sekali! Sekarang cepat berikan ponselmu!"

Arsa mendesah jengah kemudian meronggoh saku celananya dan meletakkan ponselnya di meja di hadapan polisi itu.

Polisi mengutak-atik ponselnya kemudian menelepon satu nomor yang dipastikan salah satu keluarganya.

"Ini dengan kantor kepolisian, sebaiknya bapak segera datang ke kantor sekarang juga, karena putra bapak telah membuat ulah yang mengancam nyawa orang lain!" Pungkas petugas itu lalu kembali menatap Arsa dan gadis itu bergantian.

"Nona, kau bisa pulang" Ucap petugas pada gadis itu

Lantas ia mengucapkan terima kasih pada petugas itu, beranjak kemudian dia membungkuk dan berlalu setelah menoleh sejenak pada Arsa.

Hi ketemu lagi kita👋💜

Love That Kills (Completed)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang