Kisahmu

1.6K 52 0
                                    

Dengan masih memakai jaket Arsa, Elina keluar dari kamar, ia memasuki dapur mini saat mencium aroma aneh dari arah sana. Terlihat punggung tegap seorang pria yang menyibukkan dirinya, entah melakukan apa.

"Arsa"

Dia berbalik dan tersenyum, senyum yang aneh bagi Elina, karena ia tidak pernah melihat senyum Arsa yang seperti itu. "Hi, sudah mau keluar ternyata" Jawabnya.

Elina tak menghiraukan dan langsung mengambil duduk di meja makan minimalis, sembari mengedarkan pandangannya pada sekeliling tempat itu. "Ini apartemenmu?" Tanya Elina.

"Hm, tapi dibeli dengan uang orangtuaku" Jawab Arsa kali ini tanpa berbalik.

"Bagus sekali, bahkan jauh lebih luas daripada rumahku"

"Kau boleh menempatinya jika kau mau"

"E-eum tidak, aku hanya memujinya saja, orang sepertiku tidak pantas tinggal di tempat seperti ini"

"Yasudah tidak usah kalo begitu" Ucap Arsa sembari berjalan menghampirinya dan meletakkan susu di depan Elina.

Elina mendengus "Ish memang tidak akan"

Arsa berbalik lagi ke dekat kompor lalu kembali dengan 4 telor mata sapi tapi lebih cocok disebut telor eek sapi. Maaf, tapi warnanya memang menyerupai eeknya sapi ketimbang matanya.

Arsa kembali lagi ke meja makan "Maksudku, nanti saja tinggal disininya setelah kau jadi Elina Brawijaya" Ucapnya tersenyum miring membuat Elina membelalak.

"Kecilkan sedikit matamu dan rapatkan mulutmu, lalu makanlah" Ucapnya lalu meletakkan piring berisi dua telor itu di depan Elina Sedangkan satu piring lagi untuknya.

Elina kembali mendengus lalu melirikan matanya pada piring di hadapannya "Apa ini?" Elina mengernyit.

Arsa mendonggak "Kau pikir apa? Tentu saja itu telor mata sapi, dan jangan memuji berlebih aku memang pandai dalam segala hal" Jawabanya.

"Ini mah lebih ke eek sapi Sa" Polos Elina tanpa merasa bersalah.

"Hey! Makan saja, yang penting namanya tetap telor kan? Warna tidak mengubah identitasnya" Kesal Arsa setengah malu.

"Tapi warna mengubah rasanya, Arsa!" Timpal Elina tak mau kalah.

Arsa kemudian menatap Elina lekat "Kalau begitu apakah rasa bisa mengubah hati?" Arsa tersenyum miring.

Elina kembali diam "Dasar tidak jelas, sudahlah tidak usah memabahas telor aku akan memakan, ada yang lebih penting yang ingin ku bicarakan padamu"

"Apa?" Jawab Arsa sembari memasukkan satu sendok telur ke dalam mulutnya dan mengernyit. Kemudian melihat Elina juga akan memakannya.

Arsa langsung beranjak memutari meja menghampiri Elina dan mengambil sendok dari tangan perempuan itu.

"Kenapa?" Heran Elina.

"J-jangan makan telornya, kau minum saja susu itu" Ucapnya.

"Memangnya kenapa?" Beo Elina.

"I-itu beneran eek sapi jadi aku tidak mau di vonis kasus pembunuhan karena kau mati memakan telor itu" Jawabnya asal sembari kembali ke kursinya. Bagaimana mungkin dia membiarkan Elina memakan telor yang rasanya lebih dari kata buruk.

Elina kembali mengkerutkan kening tapi dia memilih tidak terlalu menghiraukanhya. "Jadi apa yang ingin kau katakan?" Tanya Arsa.

"Oh, ekhem, pertama maaf soal yang tadi, aku hanya masih syok dengan kejadian semalam, aku ketakutan hampir mati karena kejadian itu" Cicitnya.

Love That Kills (Completed)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang