Sadar Diri

1.7K 58 0
                                    

Rosa – Terlalu Berharap


"Seharusnya kamu gak perlu ngelakuin hal ini, Rain" Ucap Nara saat melihat orang-orang yang masih hilir mudik di rumahnya untuk menyiapkan acara ulang tahunnya.

"Gak papa sayang, lagi pula ini sekalian untuk peluncuran produk baru perusahaan kita" Rain tersenyum mengelus kepala Nara.

Nara tersenyum kemudian mengalihkan pandangannya pada arah lain, mengerut bingung saat melihat putra satu-satunya tampak gelisah sembari sesekali melihat ponselnya, Nara mendekatinya diikuti Rain "Sayang, ada apa kok gelisah gitu?"

"Enggak bunda, gak papa" Jawab Arsa.

"Apa ada seseorang yang kamu tunggu?" Tanya Elina karena melihat Arsa sesekali menoleh ke arah pintu masuk.

Arsa mengangguk "Iya bunda"

"Siapa? Temen kamu? Atau...." Nara menelengkan kepalanya menyelidik.

"Temen bund" Sela Arsa.

---

Disisi lain Elina masih mondar-mandir di kamarnya sambil sesekali melihat google maps dengan tujuan lokasi yang dikirim Arsa beberapa menit lalu, ia bingung, ia harus datang ke rumah Arsa atau tidak. Elina sesekali menatap kado yang akan ia bawa, Elina berpikir apa pantes kado seperti itu ia berikan untuk ibunya Arsa. Kadonya hanya sebuah jam tangan yang bagi kalangannya mereka sangat murahan tapi mahal bagi Elina hingga ia harus menguras tabungannya.

Setelah berfikir cukup lama akhirnya Elina memutuskan untuk pergi ke sana. Kemarin Arsa sudah mau mengantarnya ke rumah ayahnya jadi sekarang tidak ada salahnya jika Elina juga datang ke acara itu.

Dengan di antar ojol Elina tiba di depan sebuah mansion yang mampu membuat mulutnya ternganga sampai berpikir untuk putar balik kembali lagi karena merasa tidak pantas berada di sana, di tambah lagi melihat mobil-mobil mewah yang terparkir di sana, bukan diantar ojol sepertinya.

Elina baru saja membalikkan badan hendak mengurungkan niatnya untuk memasuki mansion itu tapi seseorang memanggilnya "Elina" Teriak orang itu.

Suara itu begitu Elina kenali, ia menoleh dan melihat laki-laki itu berlari kecil ke arahnya "Kamu berpikir untuk pergi lagi setelah aku menunggumu cukup lama?"

"A-aku malu Arsa"

"Malu apa hah? Ayo, aku kenalkan kamu sama bunda" Ucap Arsa.

"T-tapi Arsa-"

"Ayo Elina, bunda baik kok, jadi kamu tidak perlu khawatir" Arsa menarik pelan tangan Elina membuat Elina akhirnya mengikutinya.

Mereka sampai di pelataran rumah, Elina terdiam terpaku melihat orang-orang dengan tuxedo dan gaun-gaun yang sangat indah sedangkan dirinya...Elina menatap bajunya sendiri. Ia hanya memakai celana jins panjang dan kemeja juga rambutnya yang di kucir satu. Tadi Elina sempat akan memakai gaun di lemari ibunya tapi ternyata gaun-gaun ibunyanya terlihat begitu pendek hingga ia tidak jadi memakai gaun itu.

Love That Kills (Completed)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang