'Desember'

5K 102 4
                                    


Yang KunantiInka Christie


Rintik gerimis bulan Desember menjadi pengiring kaki ringkih itu melangkah. Tetesan hujan yang jatuh pada aspal terkadang mengotori sepatunya. Satu tangan memegang payung transparan dan satunya lagi menahan bobot bayi berusia satu tahun yang ia gendong di depan. Terkadang juga air matanya ikut menetes dengan tatapan lurus ke depan.

Satu tahun sudah sejak hari itu. Kedua bayi mungilnya pun sudah mulai belajar berjalan. Selama itu juga sosok yang selalu membayangi hidup dan hatinya tiada entah dimana, entah hidup atau... bahkan untuk meneruskan kata itu saja ia tak sanggup.

Ia menatap rumah mewah kombinasi antara cat putih dan hitam yang kini seakan dipenuhi suasana kesuraman. Tidak ada lagi bunga warna-warni yang menyejukkan mata seperti dahulu saat ia datang ke rumah itu. Sekarang hanya ada beberapa rumput liar yang mulai memanjang.

Setelah 3 bulan pencarian tanpa jejak dan hasil akhirnya kepolisian dan petugas lainnya menghentikan pencarian itu. Namun keluarga sang penghuni rumah di depannya itu tidak pernah menghentikan pencarian putranya. Mereka mengerahkan semua usaha dan mengeluarkan hartanya demi menemukan putra tunggalnya.

"Aku Elina, dan bayi yang ku gendong adalah cucu dari pemilik rumah ini" Tanpa senyum, tanpa keramah tamahan, bahkan tanpa ekspresi, hanya datar saat ia mengatakan itu pada dua pengawal berbaju hitam yang berjaga di depan pintu rumah itu.

Sang pengawal sempat tertegun sesaat lalu setelahnya membukakan pintu untuknya. Suasana dingin menyeruak saat ia melangkah memasuki rumah itu. Bahkan gorden-gorden dibiarkan tertutup.

Hanya satu bagian jendela yang gordennya terbuka, itupun hanya celah kecil. Di dekatnya seorang wanita paruh baya duduk di atas kursi roda dengan tangan menggenggam figura foto di pangkuannya. Tatapan wanita itu tampak kosong lurus ke depan. Di sampingnya satu orang maid berdiri memegang mangkuk bubur yang terlihat belum tersentuh sedikit pun.

Ia berjalan menghampiri wanita itu dan berdiri di sisi lainnya yang tampak tidak terusik dengan kehadirannya dan ia pun juga membiarkannya.

"Mah mah ya ya mamama" Sekilas celoteh bayi di gendongannya berhasil menarik perhatian wanita itu hingga dirinya tertegun.

"Iya, itu Oma sayang" Dan akhirnya wanita itu menoleh pada bayi di gendongannya dan kemudian mendonggak menatapnya.

"Elina?" Suaranya terdengar lirih dan dalam.

Elina menerbitkan senyum lembutnya, melupakan semua kenangan sedih yang pernah wanita itu torehkan padanya toh itu juga sudah lama berlalu, dan Elina memilih untuk tidak mengingat-ingatnya.

Ternyata saat dilihat dari dekat seperti ini wanita itu tampak begitu menyedihkan. Tubuhnya tampak kurus kering. Bahkan wajah cantik itu sudah mulai banyak kerutan sekarang. Padahal terakhir bertemu dia masih tampak cantik, mungkin karena dia sudah tidak mempedulikan perawatan tubuhnya semenjak putranya dinyatakan hilang atau meninggal karena tidak ditemukan jejaknya.

Elina menekuk lututnya menyamakan tingginya dengan kursi roda yang diduduki wanita itu. "Bagaimana kabarmu Ny. Nara?" Elina mengelus lembut lutut Nara.

"Aku jauh dari kata baik" Ucapnya pelan. Lalu pandangannya kembali beralih pada bayi yang sibuk dengan mainan mobil-mobilan kecil di tangan mungilnya. "A–arsel" Tangannya terulur ingin menyentuh bayi itu.

Elina tersenyum "Iya, ini Arsel" Elina melepas kain gendongnya. "Apa Ny. Nara mau menggendongnya?"

Dengan air mata mulai berlinang ia mengangguk cepat dengan merentangkan kedua tangannya. Setelah sebelumnya memberikan figura yang tadi dipangkuannya pada maid yang sejak tadi berdiri di sampingnya.

Love That Kills (Completed)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang