Don't Cry

2K 65 0
                                    

Shawn Mendes – It'll Be Okay


Dengan kecepatan melebihi batas mobil yang dikendarai Arsa melaju membelah jalan kota. Beruntung jalan sudah lenggang karena hari mulai larut. Satu tempat yang dia tuju sekarang markas Dark Eagle.

Ia yakin para bajingan itu ada di sana. Sial entah kenapa jalanan terasa lebih jauh dari biasanya. Beberapa kali Arsa mengumpat dan memukul stir mobilnya. Hingga akhirnya dari kejauhan dia mulai melihat markas itu.

Arsa memarkirkan asal mobilnya, dan mulai turun mendekati markas itu yang di jaga oleh lima orang anggota dark eagle.

Tanpa peduli Arsa tetap berjalan ke markas itu, orang-orang itu mulai menghadangnya dan melayangkan pukulan-pukulan yang sayangnya bisa di tangkis oleh Arsa. Hingga tak perlu waktu lama kelima orang itu sudah tergeletak dengan darah dan bonyok di muka mereka.

Arsa mengangkat kerah salah satu dari mereka "DIMANA REGAN ANJ**G!!!" Suara Arsa menggelegar memekakkan telinga orang itu, sorot matanya begitu tajam dan menusuk dengan rahang yang mengeras dan urat-uratnya yang menonjol. Jika sudah marah maka ia lebih menakutkan dari iblis.

Orang itu tak menjawab. Seharusnya Arsa tak perlu membuang waktu untuk bertanya pada bajingan kecil ini karena semua anggota dark eagle sangat setia dengan anggotanya.

Arsa menghempaskan tubuh orang itu dan menendang keras perutnya. Setelah itu ia melarikan kakinya membuka semua pintu di ruangan itu tapi dia tak menemukan apa-apa. Hingga Arsa sampai di lorong yang terlihat di ujung lorong itu ada sebuah pintu kayu jati yang belum ia buka.

Dengan sekali tendangan Arsa mendobrak pintu itu. Amarahnya semakin memuncak, tangannya mengepal kuat hingga buku-buku jarinya memutih. "ANJ*NG!!!" Dor "aaaakk"Teriaknya menggema di ruangan itu diiringi suara tembakan beserta suara teriakan seorang wanita.

Di sana Arsa melihat keadaan wanitanya yang begitu menyedihkan dengan kedua tangan dan kaki terikat dikukung oleh tubuh bajingan itu.

Arsa segera mendekati gadisnya memeluk tubuh rapuh gadis itu yang menggigil ketakutan. Bagaimana tidak, setelah hampir mendapat pelecehan, sekarang dia melihat seseorang tertembak hingga sebagian darah orang itu memercik ke badannya. Darah bersimbah di seprai putih itu.

Arsa membuka ikatan tali pada tangan dan kaki Elina dengan mata yang memanas karena amarah pada bajingan itu juga pada dirinya sendiri.

Elina beringsut menjauhi Arsa dengan bibir bergetar menggigil takut "Jangan dekati aku, pergi, pergi! Hiks, pergiiii"

"Ini aku Elina, tenanglah"

"Pergiii" Sentaknya, kemudian tangannya mengusap pipinya dan melihat darah di tangannya yang membuat Elina semakin shock "Darah, darah, nenek–" Setelah itu Elina jatuh tidak sadarkan diri.

Arsa beringsut meraih tubuh gadisnya, membuka jaket hitamnya dan menyampirkannya pada tubuh atas Elina yang hanya berbalut bra. Ia mengangkat tubuh gadisnya menggendongnya keluar dari tempat terkutuk itu. Meninggalkan seseorang yang tergeletak tak berdaya. Orang itu adalah Regan, orang yang hampir memperkosa Elina.

Beberapa saat yang lalu setelah selesai balapan itu Regan membawa Elina ke markasnya dan hendak memperkosanya. Namun Arsa tidak akan membiarkan itu, setelah mereka pergi dari arena balapan Arsa juga pergi mengejar mereka, dan berakhir dengan menemukan Elina dalam keadaan yang menyedihkan. Beruntung Arsa tidak terlambat, hingga Regan tidak sampai memperkosanya.

🥀

Cahaya matahari menerobos melalui celah jendela, sinarnya menerpa wajah gadis cantik yang tengah terlelap di bawah gulungan selimut abu gelap.

Sontak Elina langsung mendudukkan dirinya setelah menyesuaikan retina matanya dengan cahaya di ruangan itu. Elina menatap sekeliling ruangan itu, ruangan yang berbeda dari ruangan semalam. Ruangan ini jauh lebih besar dan tampak mewah dengan wangi manly yang menyeruak ke indra penciumannya.

Lalu cklek pintu di kamar itu terbuka menampilkan tubuh tegap dengan paras tampan, membawa sebuah nampan berisi beberapa makanan. "Hi, sudah bangun" Dia mendekat duduk di tepian ranjang di samping Elina.

Elina tak lepas memperhatikan laki-laki itu dan ia beringsut menjauhinya, sungguh kejadian semalam masih membayang di ingatannya meski Elina tahu siapa yang saat ini ada di depannya, tapi tetap saja seringaian Regan tak hilang dari bayangannya.

"Menjauh! Pergi! Jangan dekati aku!" Tangan Elina menggenggam erat selimut wangi itu.

"Elina, tenanglah, ini aku, jangan takut lagi" Ucap Arsa lembut mencoba menenangkan Elina.

Mata Elina menilik pada manik Arsa yang tengah menatapnya teduh "Arsa?..." Gumamnya, Arsa mengangguk tersenyum. lalu ia merangsek memeluk laki-laki itu "Arsa, aku takut, tadi malam kamu dimana, aku takut" Isaknya dalam pelukan laki-lakinya.

Namun kemudian Elina tiba-tiba melepas pelukan itu dan melayangkan tamparan keras pada pipi Arsa hingga wajah Arsa terlempar ke samping dengan bekas merah di pipinya "Kamu jahat! Kamu menjadikan ku hadiah dalam sebuah permainan seakan aku tidak ada harganya! Kau menyamakan aku dengan sebuah barang BERENGSEK!" Sungutnya dengan napas yang memburu.

Arsa menunduk mengalihkan tatapannya dari tatapan Elina "Maaf" Sebuah kata yang tak pernah ia ucapkan pada perempuan kecuali pada ibunya, kini ia mengucapkan pada gadis di hadapannya. "Aku tidak pernah bermaksud untuk membuatmu seperti itu, aku memang berengsek, kau pantas marah padaku" Ucapnya di akhiri kekehan rendah.

"Makanlah, tubuhmu harus pulih kembali" Ucapnya lagi, setelah itu Arsa keluar dari kamar itu meninggalkan Elina yang masih menatapnya marah.

Arsa rasa lebih baik untuk sekarang membiarkan Elina sendiri memberi ruang untuknya. Sekeras apa pun Arsa mencoba bicara itu akan percuma karena suasana hati Elina sekarang sangatlah marah.




To be continued

Love That Kills (Completed)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang