Pelikmu Pelukku

1.4K 51 0
                                    

Fiersa Besari - Pelukku untuk Pelikmu

Elina menatap dalam rumah mewah di depannya dengan macam-macam pikiran yang berkecamuk tentangnya, tentang keluarganya, tentang hidupnya yang menyedihkan.

"Jadi ini rumah ayahmu" Suara berat laki-laki itu membuyarkan lamunannya kemudian ia mengangguk.

"Ayo, Arsa" Ucapnya yang diangguki Arsa kemudian mereka melangkah memasuki rumah itu.

1, 2, 3, 4 kali Elina menekan bel rumah itu hingga seorang perempuan yang hampir seumuran dengannya membukakan pintu itu.

Alis Arsa saling bertaut, ia tidak asing dengan perempuan itu. Sejenak ia berfikir hingga ia ingat bahwa dia adalah perempuan berambut pirang yang waktu itu bertengkar dengan Elina di restauran. Jadi perempuan ini siapanya Elina?.

"Kamu?" Ucap perempuan berambut pirang itu. "Ngapain kamu kesini!?" Lanjutnya.

"Aku ingin bertemu ayah" Jawab Elina tegas.

Rahang perempuan itu menegang "Sudah kubilang jangan berani menyebut ayah pada ayahku!" Perempuan itu mengacungkan telunjuk pada muka Elina.

Tapi Elina tak gentar "Tapi dia juga ayahku kan?!"

"Hey! Tutup mulutmu-"

"Ada apa Sil?" Seorang wanita paruh baya menghampiri mereka.

"Mih lihat, gadis bodoh ini kembali lagi datang kesini" Ucapnya pada wanita yang ia panggil mamih itu.

Alis Arsa kembali mengerut, jadi Elina bukan pertama kali datang ke rumah ini pikirnya.

"Dasar tidak tahu malu!" Desis wanita paruh baya itu menatap Elina jijik.

Elina seolah tak memperdulikannya, ia menerobos masuk menabrak dua wanita itu yang sedari tadi diam di ambang pintu.

"Ayah! Ayah!" Teriak Elina di tengah rumah itu.

"Kau, gadis bodoh! Apa yang kau lakukan! Teriak-teriak di rumah orang, kau pikir ini hutan!" Bentak wanita paruh baya itu.

Elina berbalik menatapnya "Ini hari minggu, apa pun pekerjaan ayah, aku yakin hari ini ayah tidak bekerja dan ayah ada dirumah kan?!"

"Ayahmu? Siapa ayahmu? Tidak ada ayahmu disini, jika ingin mengigau jangan dirumahku" Wanita paruh baya itu melipat tangannya di dada.

"Ayahku adalah suamimu!" Sentak Elina.

"Sudah kubilang jangan mengigau dirumahku! Pergi kau!" Usir wanita itu.

Arsa hanya diam memperhatikan mereka dari dekat pintu. Sampai Arsa melihat seorang laki-laki seumuran ayahnya menuruni tangga menghampiri mereka.

"Ada apa ini?" Ucap laki-laki itu.

Sontak Elina mendonggak, tak terasa matanya berkaca-kaca, bibirnya seakan bergerak sendiri dan bergumam "Ayah" Gumamnya penuh dengan kelirihan dan rasa haru.

Laki-laki itu menoleh, untuk beberapa saat mereka saling bersitatap.

"Apa ayah mengenalku? Pasti ayah mengenaliku kan? Nenek bilang aku begitu mirip dengan ayah jadi ayah pasti mengenaliku, dan ya....," Elina menyodorkan foto dirinya dan ayahnya ketika masih kecil "Ini fotoku dan ayah, ibu memberikannya padaku" Lanjut Elina tersenyum penuh harap.

"Lihatlah mas gadis bodoh ini sudah dua kali datang ke rumah ini dan bicara ngaco, sebaiknya segera kamu usir gadis bodoh ini" Hasut si wanita paruh baya.

Tapi justru laki-laki itu malah berjalan mendekati Elina dan meraih foto yang disodorkan Elina. Elina sama sekali tidak mengalihkan tatapannya darinya.

Laki-laki itu menatap lama foto usang di tangannya, raut wajahnya berubah sendu. Namun sedetik kemudian ia mengembalikan foto itu pada Elina. Kemudian ia berjalan ke arah nakas dan mengambil sesuatu dari sana, lalu kembali lagi menghampiri Elina.

"Ambillah cek ini, ini akan cukup untuk biaya pendidikanmu juga pengobatan nenekmu" Ucap laki-laki itu menyodorkan selembar cek yang nominalnya tidak bisa dikatakan sedikit.

Elina menatap miris cek itu kemudian tertawa samar "Aku datang kesini karena ingin bertemu ayah, aku ingin memeluk ayahku, aku ingin kasih sayangmu yang tak pernah kudapatkan! Bukan uang itu!" Sentak Elina mengambil dan menyobek cek itu.

"Pergilah, aku bahagia dengan keluargaku, dan kau juga bahagialah dengan keluargamu" Ucap laki-laki itu masih dengan ekspresi yang sama dan berbalik kembali menaiki tangga.

Elina baru saja akan berlari mengikutinya, tapi perempuan berambut pirang bernama Syila itu menarik kasar tangan Elina kemudian melayangkan tamparan pada pipi putih Elina hingga wajah Elina tertoleh ke samping.

"Kau tidak dengar?! Ayahku bilang pergi dari sini!"

"Gadis bodoh, kau itu hanya anak haram yang terlahir dari rahim perempuan jalang, kakimu kotor untuk menginjak rumahku!" Wanita paruh baya itu menatap Elina penuh kebencian setelah kata-kata pedasnya.

Mendengar itu rahang Arsa mengeras, kata-kata yang terlontar dari mulut wanita itu mengingatkannya pada masa kecilnya dimana ia pernah dihina seperti itu. Dan Arsa tahu apa yang Elina rasakan saat ini.

Dengan langkah lebar Arsa menghampiri mereka, kemudian menarik tangan Elina "Ayo pergi" Ucapnya menyeret Elina untuk meninggalkan tempat itu.

Tapi Elina justru bergeming "Tidak mau, aku ingin menemui ayahku lagi Arsa!"

"Pulang Elina! Tempat menjijikkan seperti ini tidak layak untukmu" Sentak Arsa kembali menarik Elina ke luar dari rumah itu.

Elina terus berontak dengan menangis. Dengan kasar Arsa membuka pintu mobil dan mendorong Elina memasuki mobil itu. Ia tak mengerti mengapa Elina masih bersikeras untuk tetap di sana setelah mendapat perlakuan seperti itu.

Arsa mengitari mobilnya untuk menuju kursi kemudi, tapi sebelum dia memasuki mobil, ia melihat seluet sosok yang ia cari selama ini memasuki rumah itu. Bertahun-tahun Arsa mencari orang itu, rupanya dia disini Arsa tersenyum miring dengan otak yang mulai menyusun rencana.

To be continued

Love That Kills (Completed)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang