Lara

3.8K 120 3
                                    

Ruth Sahanaya – Andaikan Kau Datang Kembali


Setelah menerima telepon dari pihak rumah sakit Ellina bergegas ke sana. Dan sekarang dirinya disibukkan dengan surat-surat berkas rujukan untuk neneknya.

Dokter bilang neneknya harus di rujuk ke rumah sakit khusus dengan peralatan yang lebih lengkap dan canggih. Karena itulah sekarang ia harus mengurusi surat rujukan neneknya. Sepanjang koridor rumah sakit ia dengan perasaan panik membaca berkas-berkas itu sampai....

Brugh

Tubuhnya sedikit oleng, hampir saja dia tidak bisa menjaga keseimbangan tubuhnya dan refleks memegang perutnya.

Seseorang menabraknya atau dia yang menabrak entahlah. Karena dia juga tidak melihat jalan tadi. Semua kertas rujukan itu bertebaran di lantai. Hingga dengan susah payah dia harus jongkok memunguti kertas-kertas itu.

"Maaf tuan saya tadi berjalan terburu-buru dan tidak melihat jalan" Ia segera minta maaf karena takut dirinya yang salah. Meskipun tadi juga Ellina hampir terjatuh.

"Tak apa, saya yang minta maaf karena sibuk dengan ponsel saya" Jawab orang itu. Ellina sontak mendonggak saat mendengar suara orang itu dan...

Deg

Jantungnya seakan ingin melompat dari tempatnya. Ellina mencoba mendonggakkan kepalanya dan wajah itu, wajah yang selama ini ia rindukan. Sekarang ada di hadapannya. Ellina juga melihat raut terkejut di wajah dia sama sepertinya.

"Ellina" Gumamnya dengan tatapan sulit diartikan.

"Permisi" Ucap Ellina langsung seraya berlalu. Rasanya ia tidak siap jika bertemu dengannya secara tiba-tiba seperti ini. Tapi Ellina juga penasaran dengan reaksi yang akan dia berikan.

Tidak, Arsa tidak ingin dia berlalu begitu saja sementara ada banyak pertanyaan yang ingin ia sampaikan padanya. Dengan sigap Arsa mengejar langkah Ellina. Dering telepon dari Eva pun tak dia hiraukan saat ini.

Sampai akhirnya Arsa bisa mensejajarkan langkahnya. Dan dengan cepat ia mencekal lengan Ellina agar ia berhenti berjalan. Sungguh saat ini ia butuh penjelasan.

"Ada apa, aku sedang buru-buru" Protesnya.

"Aku ingin bicara" Jawab Arsa.

"Maaf mungkin lain waktu, sungguh aku sedang buru-buru" Ucap Ellina seraya hendak kembali beranjak.

"Ini penting Ellina!" Gertak Arsa akhirnya.

"Tiada yang lebih penting dari nenekku yang meregang nyawa sekarang!" Sentak Ellina kesal dan benar-benar melangkah pergi.

Namun Arsa tak menyerah, ia terus mengikuti Ellina. Sampai wanita itu memasuki ruangan yang diperkirakan ruang rawat neneknya. Arsa memperhatikan dia dari jauh. Sampai ia melihat Ellina keluar dari ruangan itu dan terduduk di kursi tunggu. Maka Arsa perlahan menghampirinya dan mendudukkan dirinya di samping Ellina.

Hening

"Bagaimana keadaan nenek?" Tanya Arsa akhirnya.

"Tidak dalam keadaan baik" Jawabnya datar.

"Semoga lekas baik" Timpal Arsa. Mereka bicara tanpa saling pandang.

"Bolehkah aku bertanya?" Tanya Arsa.

Diam, tidak ada jawaban. Namun Arsa tetap akan terus bertanya sampai ia mendapatkan jawaban yang ia mau.

"Sejak kapan?" Tanya Arsa lagi.

Love That Kills (Completed)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang