9th : Story and Insident

300 40 18
                                    

Junkyu dan Junghwan bergabung dengan Jennie di meja makan sejak beberapa menit yang lalu. Harusnya ada seseorang lagi disana, tapi orang yang dimaksud itu entah kapan pulangnya.

"Kalian berdua harus makan yang banyak"

Junkyu mengangguk dengan pipi mengembung penuh makanan.

"Eomma, kapan hyung pulang?" tanya Junkyu setelah menelan makanan di mulutnya.

Jennie menggeleng kecil, "Eomma juga tidak tau sayang. Hyung mu itu susah sekali dinasehati. Sejak kamu tinggal di asrama sekolah, dia sering keluar rumah dan kembali tengah malam. Mungkin hyung mu kesepian karna Junkyu yang meramaikan rumah malah tidak ada. Kamu tau kan seberapa dekatnya dia denganmu?"

Junkyu terkikik setelah mengingat-ingat beberapa kejadian dimana ia sangat dekat dengan orang yang ia panggil hyung itu.

"Iya, aku ingat. Dia tidak pernah lelah mengangguku jika aku di rumah. Dia itu lebih tua, tapi kadang Junkyu rasa dia masih manja seperti anak kecil haha"

"Benar. Sifatnya berubah jika dia ada di dekatmu Junkyu sayang---

Pandangan Jennie beralih pada teman putranya yang sejak tadi makan dalam diam, --nak Junghwan ayo tambah lagi lauknya. Kamu harus makan banyak"

Junghwan menyunggingkan senyum tipis.

"Ini sudah cukup, terimakasih banyak atas makanannya"

"Sama-sama nak. Eomma senang karna kamu makan dengan lahap sama seperti Junkyu"

"Junghwan itu memang sangat suka makan eomma!" serobot Junkyu sebelum Junghwan sempat membuka suara.

"Eomma tau? Kalau Junkyu, Haruto, Jeongwoo dan Junghwan menonton film bersama, dia hanya sibuk makan tanpa ikut kami bertiga yang mengobrol dan berkomentar sepanjang film. Junghwan itu fokus sekali dengan makanannya"

Junkyu tersenyum jahil, "Untung saja Junghwan tidak gemuk meski banyak makan. Pipi nya juga tidak terlalu mengembung! Dan untung saja dia punya otot perut yang bagus, tidak buncit seperti bapak-bapak!"

Junkyu tertawa setelah menyelesaikan kalimatnya. Diliriknya Junghwan yang ikut tersenyum meski tak terlalu tampak.

"Eomma, Junghwan itu juga sangat pintar lho. Dia siswa pertukaran pelajar dari salah satu sekolah bergengsi di Australia! Keren sekali kan eomma? Andai Junkyu sepintar itu, mungkin Junkyu bisa sekolah sekaligus jalan-jalan di luar negeri"

Junkyu meneguk air putih yang ada disamping piringnya sampai habis.

"Ah iya! Eomma tau, Junghwan ini meski pintar juga tidak pelit dan mau membantu siapapun. Seperti Haruto dan Jeongwoo yang saat itu kesulitan mengerjakan tugas mereka, nah Junghwan mau membantu mereka berdua. Dia bahkan sempat membantu Junkyu menulis lirik lagu juga!"

Jennie tak pernah menyangka Junkyu akan sangat antusias menceritakan pemuda yang dikenalkannya sebagai teman sekamarnya di asrama itu. Ia juga bisa melihat binar mata Junkyu yang tampak sangat hidup setiap bibirnya bergerak mengucapkan semua pujian untuk pemuda yang duduk disamping putranya yang satu itu.

Saat melirik pada pemuda yang jadi objek cerita putranya, Jennie bisa melihat wajah tak menyangka pemuda itu karna Junkyu banyak bicara tentangnya.

Meski pemuda itu berekspresi datar dan terlihat acuh, Jennie yang berprofesi sebagai psikolog bisa membaca gerak tubuh dan pancaran mata berbeda dari Junghwan. Wanita itu tau jika pemuda berparas tampan itu merasa senang karna Junkyu mau menceritakan tentang dirinya tanpa diminta.

Jennie juga menyadari jika sorot mata pemuda itu saat menatap Junkyu adalah sorot mata yang penuh puja, kekaguman dan ketulusan, meski ia juga melihat ada batasan yang sengaja pemuda itu bangun untuk menyembunyikan semua perasaannya.

Rückkehrunruhe | HwankyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang