Berhari-hari sejak kejadian Junkyu menuruti kata hatinya membungkam mulut Junghwan karna pemuda itu mengucapkan semua kalimat yang menyakitkan saat mabuk, keduanya justru kembali menjaga jarak.
Baik Junghwan ataupun Junkyu tak ada yang mau berusaha mendekat, meski hanya bertukar sapa ataupun senyuman. Sebenarnya bukan tak mau, tapi keduanya sedang berusaha meredam emosi dan juga perasaan masing-masing yang bisa saja memperparah hubungan mereka.
Junghwan tak ingin mengusik Junkyu karna ketakutan pemuda manis itu akan mengajukan permintaan perceraian lagi padanya, ia juga takut Junkyu akan makin menjauhi dan merasakan sakit karna dirinya. Begitu juga Junkyu, pemuda manis yang memang memilih bersikap dingin itu tak mau kelepasan emosi yang bisa membuatnya mengucapkan berbagai kata menyakitkan untuk Junghwan.
Menjaga jarak menjadi keputusan yang keduanya pilih secara tersirat. Apalagi Junkyu juga sedang bersiap untuk serangkaian ujian sekolah, dan Junghwan juga memiliki tuntutan lain berkaitan dengan program pertukaran pelajarnya.
"Junkyu hyung! Ada apa? Hyung terlihat lemas sekali" tanya Jeongwoo saat Junkyu yang baru masuk berjalan gontai tanpa tenaga.
"Hyung lelah, Woo. Bayangkan jika kamu harus mengerjakan 300 soal ujian dalam waktu dua jam saja- itu sangat menyiksa otak dan membuat kepala hyung terus terusan berdenyut"
Jeongwoo meringis ngeri.
"Astaga! Itu sangat menakutkan! Ternyata menjadi siswa tingkat akhir itu berat ya. Hiih- aku tidak bisa membayangkan jika aku sudah duduk di kelas tiga! Mungkin aku akan stress setiap harinya"
Junkyu hanya tersenyum masam. Ia melirik sejenak pada Junghwan yang sibuk mengerakkan jari-jarinya di atas keyboard laptop. Pemuda itu benar-benar bersikap acuh selama beberapa hari terakhir. Tapi baginya itu lebih baik, karna mereka berdua tidak akan saling menyakiti lebih dalam lagi.
"Dimana Haruto?" tanya Junkyu setelah menyadari pemuda tinggi itu tak ada di kamar asrama mereka.
"Dia keluar membeli camilan, hyung. Kami ada tugas banyak sekali dan membutuhkan camilan sebagai teman mengerjakan tugasnya. Jadi, aku minta Ruto membeli camilan yang banyak untuk kami"
"Oh, baiklah. Kalau begitu hyung mau mandi dulu. Setelah itu hyung ingin tidur, jadi jangan menganggu atau membangunkan hyung, arraseo?"
Jeongwoo mengangguk cepat, "Baik. Tidak akan ada yang menganggu mu hyung"
Junkyu segera berlalu, meletakkan tas secara asal di lantai dekat ranjang dan mengambil pakaian santai. Pemuda manis itu masuk ke kamar mandi dengan cepat, tanpa sadar jika sejak tadi semua pergerakannya diamati secara intens oleh Junghwan melalui ekor matanya.
"Hwan- kenapa sikap kalian berdua tidak berubah juga?" tanya Jeongwoo setelah telinganya mendengar helaan nafas berat Junghwan yang memang duduk disampingnya.
Pemuda yang ditanya mengedikkan bahu, "Begini lebih baik"
"Ck. Lebih baik dari mananya? Aku dan Haruto sudah berharap kalian bisa bicara dengan bebas dan jujur saat kamu tak sengaja mabuk dulu. Apalagi saat kami kembali ke kamar setelah Yoshi hyung pulang, kalian berdua tidur saling memeluk. Dan paginya, Junkyu hyung membuatkan kamu sup pereda pengar juga kan?--
Pemuda manis berkulit tan itu kini menatap Junghwan serius, -- kenapa kalian berdua malah menjauh lagi? Aku sudah tau masalahmu dengan Junkyu hyung meski tidak semuanya. Jika kamu memang tidak melakukan itu, berarti ada orang lain yang melakukan hal keji itu kan, Hwan?"
Junghwan menghentikan gerakan jari jarinya, pemuda itu tak menoleh pada Jeongwoo dan masih fokus pada layar laptop yang dipenuhi tulisan.
"Hm. Aku tau"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rückkehrunruhe | Hwankyu
FanfictionRückkehrunruhe - Sebuah perasaan rindu teramat atau perasaan seperti kembali 'ke rumah' setelah perjalanan panjang. ------------- Ini hanya kisah Kim Junkyu, seorang pemuda manis bersifat cerewet, heboh, berisik, juga...