18th : What It's Seen, It's Not Necessarily Truth

183 31 7
                                    

Junghwan menatap pintu di depan matanya dengan tangan yang masih menggantung. Ia ragu-ragu ingin membuka pintu atau tidak.

Helaan nafas berat berkali-kali lolos dari bilah bibirnya yang makin pucat. Junghwan sudah berbalik badan, dan berniat pergi tapi Haruto yang berdiri di depannya sekarang membuatnya mengurungkan niat.

Pemuda tinggi bersuara deep yang menjadi teman sekamar asramanya itu menatap dirinya lurus-lurus. Dan Junghwan hanya bisa membalas tatapan selama sedetik sebelum ia menunduk menatap sepatunya sendiri.

"Kenapa tidak langsung masuk saja, Junghwan?" tanya Haruto dengan suara dalam yang terkesan tenang.

Junghwan merasa lidahnya kelu, jadi ia hanya bisa terdiam beberapa saat dengan otak yang berfikir keras.

"Tidak papa". Hanya dua kata yang akhirnya bisa Junghwan ucapkan. Ia terlalu bingung dan takut salah bicara.

Sebelah alis Haruto kontan terangkat, matanya menatap Junghwan heran.

"Apa kamu lupa bawa kunci?"

Gelengan Haruto dapatkan, membuat pemuda itu makin merasa aneh dengan tingkah Junghwan.

"Ya sudahlah. Kalau kamu mau masuk ayo masuk bersama. Tapi kalau kamu ada urusan lain yang harusnya kamu kerjakan, kamu bisa masuk nanti"

Junghwan masih diam di posisinya. Tepat di depan pintu, yang tentu saja menghalangi akses masuk Haruto.

"Jadi, kamu mau ikut masuk atau tidak Hwan?"

Helaan nafas panjang Junghwan keluarkan sebelum ia menatap Haruto dengan pasti, "Aku ikut"

Pemuda itu menyingkir, membiarkan Haruto membuka pintu dengan kunci miliknya sendiri. Junghwan hanya berdiri di belakang Haruto dengan batin dan fikiran yang masih saja berperang.

Ceklek. Begitu kunci terbuka, Haruto segera membuka pintu lebih lebar lalu masuk ke dalam. Diikuti oleh Junghwan tentu saja.

Sebenarnya Junghwan berfikir ingin sembunyi di belakang tubuh tinggi Haruto. Tapi sia-sia karna tubuhnya sendiri juga tinggi, hampir sepantaran.

"Ruto-ya kamu sudah pulang?--- Oi, So Junghwan? Akhirnya kamu muncul juga setelah seminggu ini hilang" ucap Jeongwoo saat ia melihat ada Junghwan di belakang tubuh sang kekasih.

"Kamu dari mana saja Hwan? Kamu tiba-tiba tidak masuk tanpa izin dulu setelah pergi ke Chungju bersama Junkyu hyung dulu. Padahal Junkyu hyung saja sudah kembali sejak tiga hari yang lalu" tambahnya.

Junghwan yang mendengar ucapan Jeongwoo melirik Junkyu yang ada di samping pemuda manis berkulit tan itu. Tidak, ia justru melihat Junkyu secara terang-terangan meski pemuda manis yang begitu ia rindukan itu tak sudi menatapnya.

"Aku- memiliki sedikit urusan disana"

Jeongwoo mengangguk-angguk. Dua manik bagai serigalanya menelisik penampilan Junghwan lalu menyernyit.

"Kamu-- agak kurusan ya Hwan? Pipi mu tidak seperti terakhir kali aku melihatnya. Kulit dan bibirmu juga agak lebih pucat dari biasanya. Dan, luka di bibir bawah mu itu memang benar ada atau aku hanya salah lihat?"

Ucapan Jeongwoo mampu membuat Junkyu menatap Junghwan sekilas. Sebenarnya Junkyu bukannya tidak menyadari ada yang berbeda dari pemuda itu. Namun ia berusaha abai, dan saat ia melihat Junghwan dengan lebih jeli ia bisa tau jika Junghwan jauh lebih buruk dari yang ia pernah bayangkan.

"Aku tidak merasa begitu, Woo. Untuk yang di bibir ini, aku tidak sengaja menggigitnya saat makan" alibi Junghwan.

"Benarkah?"

Rückkehrunruhe | HwankyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang