Hyunsuk menghela nafas pendek saat tebakannya benar. Pemuda yang sejak tadi ia cari ternyata memang ada di ruangan yang dulunya selalu dipakai Junkyu bermain piano.
"Junghwan, makanlah dulu"
Junghwan hanya mengangguk singkat dan melirik Hyunsuk selama sedetik. Pemuda itu kembali menatap tuts piano di depannya. Tangannya sesekali menekan beberapa tuts secara asal.
"Jangan hanya mengangguk saja, So Junghwan. Kamu tidak makan sejak sehari yang lalu. Bagaimana kalau kamu sakit? Hyung tidak bisa diam saja begini. Setidaknya makanlah meski satu atau dua suap"
"Aku belum lapar hyung. Aku pasti akan makan-- nanti"
"Jangan keras kepala! Apa kamu fikir tindakanmu ini benar?! Apa dengan membiarkan perutmu kosong, semua yang terjadi bisa terulang? Tidak So Junghwan! Semuanya sudah terjadi, dan kita tidak bisa merubah apapun"
Tangan Junghwan terkepal, pemuda itu kembali melirik Hyunsuk yang tampak menahan emosi sebelum ia kembali mengalihkan pandangan ke arah lain.
"Aku tau hyung. Aku memang tidak bisa mengubah apapun. Aku, hanya membutuhkan waktu sendiri. Aku juga tidak mau begini, tapi rasanya hampa begitu aku sadar semuanya sudah terjadi, Hyunsuk hyung. Aku berusaha abai, tapi rasa sesak di hati ku tak membiarkan aku merasa tenang" ucap Junghwan dengan suara serak yang sarat akan kegetiran.
"Aku hanya ingin sendiri selama beberapa waktu. Aku janji akan keluar jika aku sudah merasa lebih baik dan sanggup menghadapi semua ini lagi, hyung"
"So Junghwan--"
"Aku sangat mohon padamu, hyung. Tolong tinggalkan aku sendiri" pinta Junghwan dengan suara pelan.
"Baiklah. Terserah apa mau mu saja. Hyung tidak akan memaksa dirimu menerima semuanya sekarang. Tapi satu hal yang hyung minta, jangan sampai kamu menjadi Junghwan yang sama seperti tahun lalu. Kamu harus bisa lebih kuat dan mendobrak sisi lemah mu, So Junghwan"
Hyunsuk memejamkan mata. Pemuda manis itu kembali teringat pada sosok Junghwan satu tahun lalu. Saat itu Junghwan begitu terpuruk, karna ia harus kehilangan tiga orang sekaligus.
Apalagi Junkyu. Kehilangan sosok yang merupakan istrinya sendiri itu membuat Junghwan tak sanggup melakukan apapun. Pemuda yang saat itu nyaris menghadapi ujian kelulusan, justru tak bisa menghadapi fikirannya sendiri.
Junghwan begitu frustasi karna orang yang sangat ia cintai, menghilang bagai di telan bumi. Saat itu yang bisa pemuda itu lakukan hanya menatap kosong setiap benda dan sudut rumah yang menyimpan kenangan Junkyu.
Hyunsuk ingat, berkali-kali ia tak sengaja mendengar teriakan penuh pilu Junghwan.
"Maafkan aku--- Junkyu- aku memang berdosa, tapi aku tidak sanggup jika kamu menghukum ku dengan cara ini. Aku tidak bisa Kyu, sakit sekali. Untuk bernafas pun rasanya sangat sulit, Junkyu. Aku mohon kembali, jangan meninggalkan ku sendiri. Aku tidak bisa-- arghh! Aku tidak bisa Kyu!"
"Kenapa takdir harus menghukum ku begitu keji? Kenapa?! Junkyu, aku mohon-- maafkan aku. Aku tidak bisa hidup tanpamu. Kenapa aku begitu bodoh dengan melakukan semua itu?! Kenapa?! Kamu memang biadab So Junghwan! Kamu pantas di hukum! Kamu-- pantas menerima semua ini"
"Nafasku terasa sangat sesak, Junkyu. Hati ku sakit, sorot mata mu terus saja menyakiti ku. Kemarahan dan rasa kecewa mu terus menghantuiku. Kenapa aku melakukan semua ini, Kyu? Kenapa aku begitu bodoh?"
Kalimat-kalimat semacam itu yang terus Hyunsuk dengar. Meski tidak secara langsung karna ia hanya bisa mencuri dengar dari balik pintu.
Junghwan tidak pernah mau terlihat lemah di depan orang lain. Pemuda itu akan bersikap seolah ia baik-baik saja di depan dirinya juga keluarga nya. Pemuda itu, hanya akan diam dan baru menumpahkan kesedihan, penyesalan juga rasa sakitnya saat ia sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rückkehrunruhe | Hwankyu
FanfictionRückkehrunruhe - Sebuah perasaan rindu teramat atau perasaan seperti kembali 'ke rumah' setelah perjalanan panjang. ------------- Ini hanya kisah Kim Junkyu, seorang pemuda manis bersifat cerewet, heboh, berisik, juga...