17 👧

337 19 0
                                    

"Nes lo nggak papa?"

Nesha baru saja membuka matanya, dirinya masih menyesuaikan cahaya yang menyorot ke matanya.

Ketika sudah bisa melihat dengan jelas, matanya menatap ke arah sekeliling ruangan. Dirinya di kelilingi oleh papah mamah, Anika, dokter dan Bu Nadya selaku wali kelasnya.

"Nik kenapa banyak orang begini?" Tanya Nesha ke arah Anika, dengan suara lirih.

Namun Anika sedari tadi terus menangis membuat Nesha bingung sendiri. Apa mungkin pertanyaannya salah?.

"Nesha kamu hamil sana siapa?"

Fadil selaku ayah Nesha sedari tadi tidak bisa menahan pertanyaan yang bersarang di otaknya.

"Hamil" beo Nesha dengan bingung.

"IYA KAMU ITU HAMIL, SEJAK KAPAN PAPAH DIDIK KAMU JADI CEWEK MURAHAN KAYA GINI NESHA. SEJAK KAPAN?"

Nesha sedikit kaget karena teriakan papahnya, ini pertama kali dalam hidup Nesha di bentak oleh papahnya. Biasanya pria tersebut ketika Marah hanya memeluk tubuhnya tapi kali ini beliau sampai membentaknya. Nesha tau sangat tau bahwa kesalahannya kali ini sangat fatal.

"Mulai besok kamu nggak usah sekolah, besok temui calon suami kita nikah sekarang juga. Papah Mala Nesha punya anak yang nggak bisa di didik dengan benar"

Ucap Fadil dengan final sebelum berlalu meninggalkan uks dengan membanting pintu.

Nesha hanya bisa menangis sambil menjambak rambutnya, Anika yang sudah tidak tahan melihat sahabatnya seperti itu langsung saja memeluknya.

"Mamah" lirih Nesha melihat wanita yang melahirkan berdiri sambil menangis menatap anak sulungnya.

"Mamah maafin Nesha"

Arini langsung berlari memeluk Nesha dirinya begitu hancur mengetahui kabar yang baru dia terima.

Tadi waktu di rumah dirinya di telfon oleh bu Nadya katanya Nesha terkena bola voli menyebabkan gadis tersebut pingsan. Namun ada hal lain yang ternyata harus segera di sampaikan dan itu penting.

"Anak bapak dan ibu sedang hamil memasuki usia 4 minggu" ujaran dokter yang menangani Nesha membuat sepasang suami istri itu bagai tersambar petir di siang bolong. Di sini Arini baru menyadari bahwa ketika belanja bulanan Nesha tidak pernah menitip pembalut, biasanya gadis itu meskipun tidak sedang haid selalu harus menitip pembalut kalau sampai lupa Nesha bisa ngambek. Dan kenapa baru sekarang Arini menyadari itu.

"Sayang kita pulang yah" Arini berkata sambil membantu Nesha untuk berdiri dari ranjangnya.

Anika yang melihat itupun langsung ikut membantu memapah Nesha, gadis itu tidak menyangka musibah yang tengah di alami sahabatnya itu.

Selama berjalan Nesha hanya bisa menunduk. Banyak pasang mata yang melihatnya dengan jijik tak jarang Nesha mendengarkan makian dan hinaan yang keluar dari mulut siswa yang lain.

Nesha tak bisa menyumpal mulut mereka satu per satu maka dari itu dirinya harus menutup telinganya agar tidak lagi mendengar umpatan yang menyakitkan tenang dirinya.

"Tante Nesha Aku balik ke kelas dulu yah"

Mereka sudah sampai ke parkiran di mana mobil warna biru milik keluarga Nesha terparkir. Fadil? Beliau pulang menggunakan ojek online.

Arini mengelus puncak kepala Anika "makasih ya Nik udah bantuin Nesha"

Anika tersenyum sambil menggenggam tangan Arini "sama sama tante jangan nyakitin Nesha yah"

Mendengar itu Arini sedikit terkekeh "tenang aja sayang tante nggak bakal nyakitin darah dating tante sendiri"

Anika sedikit lega semoga Nesha aman ketika pulang ke rumah.

"Pak kita ke rumah sakit dulu yah" ucap Arini kepada mang Ujang.

Mang Ujang mengangguk di balik kemudian "baik bu"

Tak lama mobil tersebut berjalan meninggalkan pekarangan sekolah Nesha. Anika yang melihat itu kembali menghapus air matanya, dirinya berbalik hendak ke kelas tak gerembolan para siswa yang kepo membuat dirinya naik darah

"BUBAR KALIAN NGGAK ADA TOPENG MONYET DI SINI BUBAR GUE BILANG! "

Teriakan Anika membuat siswa yang menguping tersebut terlonjak kaget

"Bubar gue bilang, lo semua tuli nggak denger gue ngomong apa hah!"

"Ye biasa kali Nik gue tau lo pasti malu punya sahabat murahan kayak Nesha ya kan" ucapan siswi itupun pendapat dukungan dari murid yang lain

"Heh jaga yah mulut lo, yang murahan itu lo bukan Nesha!" Ucap Anika tangannya mengepal dengan sempurna karena takut ke lewatan.

Siswi itu terkekeh "kalo nggak murahan nggak mungkin hamidun kali. Berapa sih tarif sahabat lo itu?"

Anika sudah tidak bisa mengontrol dirinya sendirix tangannya sudah siap menampar siswi tersebut sebelum Ada sebuah tangan yang menariknya pergi.

"Huu dasar murahan" teriak para siswa yang Ada di sana dengan senang.

"Kenapa sih lo narik tangan gue, gue bukan monyet kali"

Cowok yang menarik tangan Anika seketika menjitak kepala cewek itu "belajar lah bego udah ada bu Titi itu"

Anika seketika berhenti berjalan dia terlupa sesuatu "duh bi tugas biology gue belum di kerjain hehehe"

Abi mendengus malas sudah biasa hal itu di dengar dari Anika "makanya jangan ngedrakor mulu sampe lupa sama realita"

Anika terkekeh "ya kan pacar gue yang main gue sebagai pacar harus mendukung dengan cara menonton karyanya kan"

Abi tidak perduli dengan celotehan Anika yang selalu membahas tentang orang Korea yang sama sekali Abi tidak kenal.

GAVRILLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang