PEMAKSAAN MAMA

6.1K 356 4
                                    

Sekali lagi maaf kalau cerita ini gak ada feel sama sekali ke kalian karena aku publish cerita ini cuma iseng & mengisi kegabutanku yang hmmm...

.

.

HAPPY READING...

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

*****

Arsya memasang wajah masam seusai membaca kertas di tangannya. Sepertinya ia harus segera pulang untuk menghukum anak dan menantunya.

"Bisa-bisanya bohong ke orang tua!" gerutu Arsya sambil memukul meja dengan keras, membuat Lio berjengit kaget.

"Tante... ada apa? Kok tiba-tiba minta absen karyawan dua bulan ini?" Lio berusaha mengajukan pertanyaan, setelah tadi Arsya hampir kalap di dalam ruang kerjanya.

Ah, sebenarnya lelaki itu sudah beberapakali bertanya, tapi Arsya masih sibuk meluapkan emosinya hingga melupakan Lio yang ada di depannya.

"Wah! Parah! Bohong sama orang tua!" Arsya kembali menggumam, tak mempedulikan pertanyaan sahabat putranya itu.

"Ck, Tante! Ada apa sih ini? Lio gak ngerti..." Lio menggerutu sambil menatap wanita paruh baya di depannya.

"Kamu mau bantu tante gak?"

Lio mengangkat kedua alisnya bingung. Sedangkan Arsya kembali menyodorkan absen karyawan itu kepadanya.

"Kasih Dipta libur beberapa hari. Biar dia pergi honeymoon sama istrinya."

"Lah??"

Lio, pria yang terkenal dengan tampang dingin dan sikap tegas, kini terlihat seperti seorang anak kecil yang menatap heran ke arah wanita di hadapannya.

"Mau bantuin tante gak?!" sentak Arsya sambil menatap tajam CEO di depannya.

Lio sebenarnya sudah paham bagaimana barbarnya Arsya, tapi sekarang wanita itu terlihat lebih parah dari biasanya. Wanita yang sudah ia anggap seperti ibunya sendiri itu memang memiliki sifat unik. Sebuah watak yang bahkan putra kandungnya sendiri dibuat sedikit kewalahan ketika menghadapinya, apalagi Lio.

"Iya... iya... Lio kasih waktu satu minggu buat libur. Tapi, gimana Niskala?"

Arsya tersenyum angkuh, kemudian memukul dadanya dengan bangga.

"Udah tante atasin dong!"

"Tante! Niskala kan gak bisa ninggalin pekerjaannya lama-lama, loh... Tante gak tau?"

Arsya mendengus, Lio tidak tahu jika wanita baru saja merekomendasikan seorang dokter bedah kepada rumah sakit tempat Niskala bekerja untuk menggantikannya sementara waktu. Lagi pula setelah mencari informasi lebih lanjut, di rumah sakit itu ternyata juga sedang membutuhkan tenaga dokter bedah lagi.

"Tante niat banget ya, pengen punya cucu..." gumam Lio sambil mengusap tengkuknya dengan raut wajah gugup.

Arsya menghela napas, tatapannya berubah sendu dan Lio menyadarinya. Perubahan ekspresi yang menandakan jika wanita di hadapannya ini tengah memikirkan sesuatu yang sedikit membuatnya terganggu.

AFTER 100 [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang