KEMBANG API

7K 286 4
                                    

Hai Hai...!!!!

Happy Reading ❤️ 🦋 ❤️ 🦋

Dikit lagi cerita ini tamat dan bentar lagi kita pindah lapak perhaluan.

Yuk vote & komen! Biar makin cakep!!!

Awas ada typo... 🙈

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

*****

"Dokter!!"

Pekikan nyaring itu berasal dari Dinda yang kini tengah berlari kecil ke arah Niskala. Perawat itu melebarkan senyumnya ketika berhenti tepat di depan wanita yang kini tengah menatapnya sambil mengangkat alis.

"Dokter mau makan siang?" tanya Dinda sambil berjalan pelan.

"Iya... mau beli es jeruk pak Mahmud juga. Seger kayaknya..."

"Eeehhh???"

Mendadak, Dinda menghentikan langkahnya ketika mendengar Niskala mengutarakan keinginannya.

"Bukannya tiap beli minuman di pak Mahmud selalu tanpa es ya? Wah... tumben?" tanya Dinda sambil melirik dokter cantik yang kini berjalan dengan tenang mendahuluinya.

"Ya... lagi pengen aja. Oh iya, mana Galang? Biasanya sama kamu."

"Lagi nyari makan ke luar. Katanya mau ketemuan sama kakaknya."

"Oh, Lio..." Niskala mengangguk paham sambil menggembungkan kedua pipinya. Mungkin jika Dipta ada di sana dan melihat pemandangan ini, pria itu pasti sudah mencubitnya karena gemas.

Mereka berdua melanjutkan perjalanan ke kantin sambil berbincang membicarakan banyak hal. Mulai dari pekerjaan hingga urusan pribadi. Bahkan ketika keduanya duduk di salah satu kursi yang tersedia, sama sekali tak ada yang mau berhenti berbicara, terutama Niskala yang hari ini terlihat begitu bersemangat dan antusias. Padahal seingat Dinda, wanita itu akan sedikit diam karena lelah ketika jam istirahat tiba. Tapi apa yang ada di hadapannya sekarang, justru menarik perhatiannya. Atau dengan kata lain, Niskala tampak sedikit berbeda dari biasanya.

"Dokter kok tumben. Banyak ngomong... biasanya pas jam istirahat selalu diem-diem aja, ngomong sih... sesekali." gumam Dinda sambil menerima pesanan mereka, menggeser semangkuk soto ke depan Niskala.

"Eh? Masa sih? Saya aja gak ngerasa gitu loh..."

Niskala mengangkat kedua alisnya, menatap Dinda yang mendengus geli dan mulai makan dengan tenang.

"Oh iya, menurut kamu saya gemukan?"

"Hah? Kok nanya gitu?" sembur Dinda sambil menunjuk Niskala dengan raut wajah panik, bahkan beberapa pengunjung kantin sampai melihat ke arahnya.

"Ck! Tinggal jawab aja sih... gak usah heboh Dinda!" peringat Niskala sambil menatap tajam lawan bicaranya.

"Hmm... menurut saya gak terlalu sih. Cuma ya emang agak berisi..."

Niskala mengangguk pelan dan melanjutkan makannya, sambil sesekali menanggapi ocehan Dinda yang tengah menceritakan banyak hal.

"Saya belum datang bulan."

AFTER 100 [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang