Terimakasih yang udah kasih VOTE. Setidaknya dengan ini aku gak mager buat buka wattpad, kan sayang yak punya draft banyak tapi dianggurin...
Btw, selamat hari Selasa stay healthy ya ges ya karena cuaca akhir-akhir ini agak gak jelas kayak hubunganku sama doi (Eh????)
Kalo ada typo bisikin yaaa...
Happy Reading... ❤️ 🦋 ❤️ 🦋
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
*****
Niskala baru saja menyelesaikan operasi besar keduanya, dan sekarang dokter cantik itu sedang berada di kantin rumah sakit untuk makan siang. Ia tidak sendiri kali ini, karena ada Dinda yang sedang duduk dengan tak nyaman tepat di depannya.
"Ada apa sih, Din? Kamu dari tadi gerak-gerak mulu..." gerutu Niskala sambil menyuapkan kuah soto ke dalam mulutnya. Benar-benar menikmati makanan berkuah kuning tersebut.
"Dokter... kita ngapain duduk di sini, sih?!" protes Dinda sambil mengernyit. Lihat, bahkan sekarang gadis itu makan dengan tidak tenang karena ulah Niskala.
Tak mengerti maksud pertanyaan perawat itu, Niskala memilih untuk menatapnya sambil mengangkat sebelah alis.
"Maksud kamu?"
"B-bukannya ini... tempat duduk langganan Dokter Galang? Nanti kalau orangnya ke sini gimana?" tanya Dinda dengan sedikit berbisik, takut jika orang yang tengah dibicarakan tiba-tiba muncul.
"Di kantin ini semua orang bebas mau duduk di mana aja. Kalau Dokter Galang dateng ya udah, biar dia nyari tempat duduk yang lain."
Bukannya merasa aneh, Niskala justru menanggapinya dengan santai. Sangat kontras dengan Dinda yang terlihat tak tenang ketika menyuapkan makanan ke dalam mulutnya. Tapi jika dipikir-pikir, apa yang dikatakan oleh dokter cantik itu memang ada benarnya. Tidak ada yang namanya tempat khusus di kantin, semua orang bebas memilih tempat duduk mereka sesuka hati.
"Permisi, saya boleh duduk sini?"
"Uhuk... uhuk..."
"Dinda, minum dulu, Din..."
Niskala berusaha menahan tawanya ketika melihat Dinda tersedak dan terbatuk-batuk. Sementara itu Galang langsung menyodorkan sebotol air mineral ke arah gadis itu.
Kemudian, hal yang membuat jantung Dinda seolah ingin merosot ke bawah pun terjadi. Galang menyentuh punggungnya, mengelusnya dengan pelan ketika ia mulai meminum air mineral yang tadi diberikan padanya.
"Makanya jangan sambil ngelamun dong!" peringat Niskala dengan senyum menggoda yang terlihat sangat disengaja.
Kalimat yang dilontarkan Niskala tak membuat Dinda semakin membaik. Justru perawat itu malah menatapnya dengan ekspresi garang dan jujur saja, baik Niskala maupun Galang sama sekali tak merasa terintimidasi, karena Dinda benar-benar terlihat menggemaskan.
"Eh, saya udah kelar nih makannya. Saya permisi dulu ya..." Niskala berdiri dan hendak berbalik untuk pergi sebelum suara Dinda menginterupsinya.
"Dokter mau ke mana?!" sergah Dinda dengan nada yang hampir meninggi. Raut wajahnya juga seolah mengatakan agar Niskala tetap di sana bersamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER 100 [REVISI]
RomantizmNiskala tak bisa menolak permintaan sahabatnya, begitu juga dengan Dipta yang terpaksa menikahi Niskala karena permintaan terakhir kekasihnya. Mereka sepakat akan menyudahi pernikahan ini setelah seratus hari kepergian Mita. Tapi seiring berjalannya...